Ilustrasi humanisme Muhammadiyah. Foto dibuat SORA
MAKLUMAT — Dalam ingatan panjang Muhammadiyah, nama Kiai Ahmad Dahlan selalu hadir sebagai sosok yang tidak hanya mengajarkan agama, tetapi mempraktikkan welas asih dalam keseharian. Dakwahnya lembut, tetapi tegas; penuh kasih, tetapi tetap berpijak pada nilai. Warisan inilah yang seharusnya hidup di nadi para pimpinan, kader, dan warga persyarikatan. Sebab di tengah dunia yang semakin gaduh dan kompleks, menjadi humanis bukan pilihan tambahan—melainkan kebutuhan mendasar.
Dr. Katni, M.Pd.I
Dalam kerangka itulah konsep humanisme Muhammadiyah menemukan bentuknya. Ia bukan slogan, bukan pula hiasan dalam materi perkaderan. Humanisme Muhammadiyah adalah pertemuan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosial, yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat. Ada sepuluh ciri yang menggambarkan bagaimana nilai itu diwujudkan dalam diri seorang kader.
Pertama, pribadi humanis dalam perspektif Muhammadiyah adalah sosok yang memiliki kesadaran tinggi akan nilai-nilai kemanusiaan serta empati mendalam untuk menjadi teladan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan kepedulian tersebut, mereka berikhtiar mencapai kebahagiaan dan kesuksesan di dunia maupun akhirat demi mendapatkan ridha Allah Swt.
Kedua, karakter humanis tercermin melalui kepemilikan akhlak mulia—seperti jujur, adil, dan berani—yang mendorong seseorang untuk menjadi teladan baik bagi sesama. Mereka secara konsisten berikhtiar meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan senantiasa menempuh cara-cara yang baik dan benar. Melalui fondasi akhlak inilah, mereka mampu membangun kepercayaan dan rasa hormat, sekaligus meraih kebahagiaan serta kesuksesan di dunia maupun akhirat.
Ketiga, ciri seorang humanis ditandai dengan kesadaran yang tinggi akan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diri agar mampu memberikan kontribusi yang lebih berdampak bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dengan bekal tersebut, teknologi dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk kebaikan umat manusia demi terciptanya kemajuan yang berkelanjutan.
Keempat, orang humanis Muhammadiyah juga memiliki kesadaran akan pentingnya toleransi dan keberagaman. Mereka menerima dan menghargai perbedaan pendapat dan keyakinan orang lain. Mereka senantiasa berusaha untuk membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain. Kesadaran ini, mereka dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan damai, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang lebih luas.
Kelima, orang humanis memiliki kesadaran akan pentingnya keadilan sosial dan berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Mereka peduli dengan kebutuhan orang lain dan berusaha untuk membantu mereka yang membutuhkan, serta memperjuangkan hak-hak yang adil bagi semua orang. Dengan memiliki kesadaran ini, mereka dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera, serta meningkatkan kualitas hidup manusia secara keseluruhan.
Keenam. Salah satu ciri orang humanis adalah memiliki kesadaran akan pentingnya kebersihan dan kesehatan. Mereka berusaha untuk menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri dan orang lain, serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Dengan memiliki kesadaran ini, mereka dapat mencegah penyakit, meningkatkan kualitas hidup, dan menciptakan lingkungan yang sehat dan seimbang, tidak mengganggu orang lain.
Ketujuh, orang humanis juga memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan dan pengembangan diri. Mereka berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Mereka dengan memiliki kesadaran ini, dapat mencapai kemajuan yang berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup, dan mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi.
Kedelapan, Orang humanis memiliki kesadaran akan pentingnya kejujuran dan integritas. Mereka berusaha untuk menjadi orang yang jujur dan memiliki integritas yang tinggi, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan cara yang baik dan benar. Mereka dengan memiliki kesadaran ini, dapat membangun kepercayaan dan rasa hormat orang lain, serta mencapai kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan di akhirat.
Kesembilan, salah satu ciri orang humanis adalah memiliki kesadaran akan pentingnya kerja sama dan kolaborasi. Mereka berusaha untuk bekerja sama dengan orang lain untuk meningkatkan kualitas hidup diri dan masyarakat serta untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Mereka peduli dan perhatian terhadap jasa-jasa orang lain yang telah mendukung kesuksesannya. Mereka tahu diri, dan memiliki keinginan balas budi atas jerih payak, bantuan orang lain. Mereka dengan memiliki kesadaran ini, dapat membangun hubungan yang harmonis, meningkatkan kualitas hidup, dan mencapai kesuksesan yang lebih besar melalui kerja sama dan kolaborasi yang efektif.
Kesepuluh. Orang humanis memiliki kesadaran akan pentingnya rasa syukur dan bersyukur. Mereka berusaha untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan cara yang lebih baik. Mereka dengan memiliki kesadaran ini, dapat meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup, serta mencapai kebahagiaan yang lebih besar di dunia dan di akhirat. Mampu membangun relasi Tuhan, sesama manusia dan alam dengan harmonis.
Pada akhirnya, sepuluh ciri itu bukan daftar yang harus dihafal, melainkan nilai yang perlu dihidupkan dalam keseharian. Humanisme Muhammadiyah adalah jalan sunyi yang ditempuh lewat tindakan kecil, pilihan-pilihan jujur, dan kesediaan untuk terus menjadi manusia yang lebih baik.
Dalam diri setiap kader, semestinya hadir jejak welas asih yang diwariskan Kiai Ahmad Dahlan—jejak yang membuat dakwah tidak hanya terdengar, tetapi dirasakan; tidak hanya dipahami, tetapi mengubah kehidupan. Dengan itu, Muhammadiyah dapat terus menjadi rumah nilai dan penggerak kebaikan di tengah zaman yang terus berubah.***