21 Tahun Tsunami Aceh, Ayo Kembali Bangkit Serambi Makkah

21 Tahun Tsunami Aceh, Ayo Kembali Bangkit Serambi Makkah

MAKLUMATDua puluh satu tahun lalu, Minggu pagi 26 Desember 2004, waktu seolah berhenti di Aceh. Pukul 07.58 WIB, bumi bergetar hebat. Dalam hitungan menit, laut yang selama ini memberi kehidupan justru berubah menjadi malaikat maut pembawa kematian. Tsunami datang tanpa ampun, menyapu apa saja yang ada di hadapannya—rumah, jalan, harapan, dan puluhan ribu nyawa.

Gempa tektonik berkekuatan 9,1–9,3 magnitudo yang berpusat di Samudra Hindia bukan sekadar peristiwa geologi. Ia menjadi titik balik sejarah. Gelombang setinggi hingga 30 meter menghantam pesisir Aceh, merusak sekitar 800 kilometer garis pantai. Indonesia mencatat korban paling besar: lebih dari 170 ribu orang tewas dan hilang. Angka yang sulit dibayangkan, apalagi dilupakan hingga detik ini.

Namun tsunami Aceh tidak hanya menyisakan cerita tentang kehancuran. Ia juga menghadirkan kisah tentang manusia yang belajar bangkit dari puing-puing. Dari tragedi ini, dunia menyaksikan solidaritas lintas negara, lintas agama, dan lintas budaya bekerja nyata. Empat belas negara ikut terdampak, tetapi ratusan negara hadir membantu. Aceh yang luluh lantak perlahan berdiri kembali—dengan luka yang masih terasa, tetapi juga dengan harapan yang terus dijaga.

Di Banda Aceh, Museum Tsunami berdiri sebagai penanda ingatan kolektif. Bangunan yang diresmikan pada 23 Februari 2009 ini bukan sekadar monumen. Ia adalah ruang refleksi. Lorong gelap di pintu masuk memaksa pengunjung menundukkan kepala, merasakan sesak, seakan diajak kembali ke detik-detik kepanikan. Di ruang The Light of God, ratusan ribu nama korban terukir—sunyi, tetapi menggema di batin siapa pun yang membacanya.

Baca Juga  Sorot Kelalaian Sopir Ambulance dan Pelayanan Kesehatan, Haji Uma Desak Evaluasi Layanan Puskesmas

Museum yang dirancang Ridwan Kamil melalui sayembara internasional itu menjadi simbol bahwa duka bisa diterjemahkan menjadi pengetahuan. Ribuan koleksi yang disimpan dan dipamerkan secara bergilir bukan hanya benda sejarah, melainkan saksi bisu betapa rapuhnya manusia di hadapan alam, sekaligus betapa kuatnya manusia ketika belajar bersama.

Dua puluh satu tahun berlalu. Anak-anak yang selamat kini telah dewasa. Sebagian mungkin tak lagi mengingat wajah orang tuanya. Tetapi ingatan kolektif tidak boleh ikut tenggelam. Tsunami Aceh mengajarkan bahwa mitigasi bencana bukan pilihan, melainkan keharusan. Pendidikan kebencanaan, sistem peringatan dini, dan tata ruang yang berpihak pada keselamatan lahir dari luka yang sama—luka yang tidak boleh sia-sia.

Mengenang tsunami Aceh bukan berarti membuka kembali trauma tanpa tujuan. Justru sebaliknya: ini tentang menjaga kesadaran. Bahwa Indonesia, negeri cincin api, hidup berdampingan dengan risiko. Bahwa doa harus berjalan beriringan dengan kesiapsiagaan. Dan bahwa museum, ingatan, serta cerita yang terus dituturkan adalah benteng terakhir agar tragedi serupa tak terulang dengan skala yang sama.

Ironisnya, pada peringatan 21 tahun tsunami Aceh, alam kembali menguji. Hingga 26 Desember 2025, Provinsi Aceh masih berstatus Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi yang diperpanjang hingga 8 Januari 2026. Banjir kembali merendam sejumlah wilayah akibat curah hujan tinggi sejak akhir November 2025.

Di Pidie Jaya, banjir merendam sedikitnya 20 gampong di Kecamatan Meurah Dua, Meureudu, dan Bandar Dua dengan ketinggian air mencapai dua meter. Di Bener Meriah, sedikitnya tiga kecamatan, termasuk Lampahan Timur, diterjang banjir susulan pada 24–25 Desember 2025. Di Aceh Tengah, banjir bandang dan longsor di Desa Burlah, Kecamatan Ketol, menyebabkan lebih dari 50 rumah hilang atau hanyut. Bireuen juga dilaporkan dilanda banjir susulan pada Kamis malam, 25 Desember 2025. Sementara Aceh Tamiang dan Aceh Utara masih berjuang dalam masa pemulihan pascabanjir bandang besar awal Desember yang merusak infrastruktur secara masif.

Baca Juga  Bupati Bireuen Tutup Diklatsar KOKAM Nasional: Cetak Kader Muda Tangguh dan Berintegritas

Pemerintah Aceh melaporkan akumulasi korban meninggal dunia akibat rangkaian banjir dan longsor mencapai 419 orang, dengan 32 orang masih dalam pencarian per 13 Desember 2025. Operasi SAR masih aktif berlangsung hingga Jumat, 26 Desember 2025. Ratusan rumah hanyut, akses antar-dusun terputus, dan ribuan warga bertahan di pengungsian.

Gubernur Aceh menginstruksikan percepatan distribusi logistik ke wilayah terisolasi serta penguatan layanan kesehatan bagi pengungsi. Tim medis dari berbagai provinsi, termasuk Jawa Barat, telah dikerahkan untuk membantu warga terdampak, terutama di Aceh Utara. Masyarakat pun diimbau terus memantau peringatan dini dari BMKG dan mendukung upaya tanggap darurat yang sedang berjalan.

Di tengah duka yang berlapis, Aceh sesungguhnya memiliki modal sosial dan kultural yang kuat untuk bangkit. Filosofi Tari Saman Aceh—yang berpusat pada kebersamaan, kekompakan, dan spiritualitas—menjadi cermin nilai itu.

Sebagai media dakwah Islam, Tari Saman mengajarkan pendidikan, sopan santun, kepahlawanan, dan keagamaan melalui gerakan serempak dan syair pujian kepada Tuhan. Gerakan duduk tahiyat, tangan di dada, zikir kepala, hingga salam antarpenari menegaskan persatuan, kerendahan hati, dan disiplin. Ia mencerminkan kehidupan masyarakat Gayo yang harmonis dan religius.

Nilai kebersamaan, persatuan, dan ketangguhan itulah yang selama ini menolong Aceh melewati luka demi luka. Dua puluh satu tahun tsunami Aceh, duka itu tak pernah benar-benar pergi. Ia hanya berubah bentuk—menjadi pelajaran, menjadi peringatan, dan semoga, menjadi kebijaksanaan.

Baca Juga  Postingan IG Sugiri Sancoko "Wayahe Sembahyang" Banjir Komentar, Tiba di KPK Langsung Tunduk Minta Maaf

Kini, di tengah ujian baru, seruan itu kembali relevan: ayo kembali bangkit, Serambi Makkah. Dengan ingatan yang terjaga, kesiapsiagaan yang diperkuat, dan kebersamaan yang dirawat, Aceh bukan hanya bertahan—tetapi melangkah maju, dengan kepala tegak dan hati yang saling menguatkan.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *