MAKLUMAT – Prof Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah mengkritisi fenomena liberalisasi pendidikan yang berkembang pesat dalam lima tahun terakhir. Salah satu pengaruh kuat dari perubahan ini berasal dari kelompok feminis liberal yang berhasil masuk ke dalam kebijakan negara.
Prof Haedar Nashir menyampaikan hal tersebut pada Jumat (4/10) saat meresmikan Gedung UMY Student Dormitory dan Djarnawi Hadikusuma di kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kabupaten Bantul.
“Kita saat ini berada dalam lanskap perubahan sosial global yang sangat luar biasa. Nilai-nilai liberal secara masif. Baik terasa maupun tidak terasa, telah menyusup ke dalam kehidupan bangsa kita. Hal ini membuat kita semakin longgar dalam memegang nilai-nilai,” ungkapnya.
Sebagai bahan informasi, liberalisasi pendidikan adalah upaya untuk menyesuaikan sistem pendidikan dengan perkembangan globalisasi. Konsekuensinya, pendidikan menjadi semakin terkomersialisasi.
Isu LGBT
Prof Haedar Nashir menyoroti bahwa jalan liberalisasi yang semakin terbuka di Indonesia membawa dampak pada perubahan sosial, termasuk dalam isu LGBT.
Ia menegaskan bahwa meskipun isu tersebut memiliki aspek kemanusiaan, LGBT tetap dianggap menyimpang menurut norma konstitusi, agama, dan budaya luhur bangsa.
“Jika kita longgar terhadap hal tersebut, artinya kita sedang berada dalam orientasi sekuler dan liberal, yang hanya berfokus pada humanisme Barat tanpa melakukan seleksi,” tegas Prof Haedar dikutip dari laman Muhammadiyah.
Prof Haedar juga menambahkan bahwa kelompok feminis liberal di Indonesia masih berpegang pada paradigma yang netral nilai. Namun, kelompok ini telah berhasil mempengaruhi kebijakan di tingkat negara. Ia mengimbau agar masyarakat tidak menganggap hal ini sebagai masalah ringan.
“Liberalisasi ini telah masuk secara masif dalam lima tahun terakhir di lembaga pendidikan negara. Nilai iman, takwa, dan akhlak mulia nyaris hilang dari peta pendidikan nasional. Padahal, itu tercantum di Pasal 31 UUD 1945,” kata Prof Haedar Nashir.
Islam Berkemajuan yang moderat
Sebagai langkah antisipasi, Prof Haedar mengingatkan institusi pendidikan Muhammadiyah untuk tetap memegang teguh Islam Berkemajuan yang moderat. Pendidikan di Muhammadiyah harus tetap menanamkan nilai iman, takwa, dan akhlak mulia dengan kuat.
Pandangan Islam Berkemajuan, lanjut Prof Haedar, harus mencerminkan inklusivitas, tidak menciptakan generasi yang eksklusif dan terisolasi dari keragaman agama, suku, dan ras. Ia juga menekankan pentingnya untuk menghindari segala bentuk perundungan, termasuk kekerasan seksual dan pelecehan fisik di institusi pendidikan Muhammadiyah.
Pada kesempatan itu, Prof Haedar Nashir kembali menegaskan bahwa pendidikan Muhammadiyah harus menjadi benteng yang kuat dalam menghadapi arus liberalisasi yang semakin kuat masuk ke Indonesia.