23.1 C
Malang
Jumat, Oktober 18, 2024
RagamCuaca Panas Tembus 33-37 Derajat Celcius, dr. Agus Taufiqurrahman: Perhatikan Kesehatan dan...

Cuaca Panas Tembus 33-37 Derajat Celcius, dr. Agus Taufiqurrahman: Perhatikan Kesehatan dan Asupan Cairan

MAKLUMATCuaca panas menyengat belakangan ini yang dirasakan di berbagai wilayah Indonesia ternyata tidak lepas dari kenaikan suhu bumi. BMKG mengungkapkan bahwa suhu maksimum harian di sejumlah wilayah di Indonesia sepekan terakhir berkisar antara 33-37 derajat Celsius.

Beberapa faktor menyebabkan fenomena ini, termasuk gerak semu tahunan matahari yang menempatkan matahari tepat tegak lurus di atas sebagian wilayah, dikenal sebagai fenomena titik zenit.

Menurut data BMKG, pada Selasa siang (8/10/2024) pukul 11.40 WIB, matahari tepat tegak lurus di atas Jakarta dalam pergerakannya ke arah titik balik selatan. Selain Jakarta, fenomena serupa juga terjadi di Serang, Banten, pada pukul 11.42 WIB, dan akan terjadi di Bandung serta Semarang pada Kamis (10/10/2024).

BMKG memperkirakan fenomena titik zenit akan terjadi di Surabaya pada Jumat dan di Yogyakarta pada Minggu mendatang. “Ketika matahari mencapai zenit, posisinya berada tepat di atas kepala pada siang hari. Alhasil intensitas sinar matahari meningkat dan membuat suhu udara siang hari menjadi lebih panas,” ujar prakirawan cuaca BMKG, Agita Vivi, dikutip dari Tempo.co.

Dampak Cuaca Panas

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, dr. Agus Taufiqurrahman, yang mengingatkan agar masyarakat mewaspadai dampak suhu panas terhadap kesehatan. Dokter spesialis saraf mengatakan bahwa suhu panas di luar ruangan berisiko memicu dehidrasi. Produksi keringat dapat menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.

“Hati-hati kalau kita tidak berkeringat saat di luar ruangan. Namun, jika masih berkeringat deras, insyaallah belum terjadi dehidrasi,” ujar dr. Agus saat ditemui di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Senin (14/10).

Meski suhu panas meningkat akibat titik zenit, Agita menjelaskan bahwa kondisi ini tidak sepenuhnya mempengaruhi cuaca atau suhu secara signifikan, karena faktor-faktor meteorologis yang lebih kompleks seperti kelembapan udara, tekanan atmosfer, dan kondisi angin lebih berperan.

BMKG mencatat beberapa wilayah di Indonesia, seperti sisi selatan Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), mengalami kondisi atmosfer yang stabil dan kelembapan lapisan atas yang kering. Akibatnya, awan sulit terbentuk, menyebabkan wilayah-wilayah ini terasa lebih terik karena minimnya penutup awan.

BMKG juga mencatat bahwa angin timuran atau monsun Australia yang membawa udara kering memengaruhi kondisi tersebut. “Akibatnya, angin ini membuat wilayah-wilayah tersebut terasa lebih terik karena hanya sedikit awan yang menutupinya,” tambah Agita.

Selain itu, beberapa wilayah di Indonesia sedang berada pada masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Cuaca terik pada siang hari dan potensi hujan di sore hingga malam menandai masa transisi ini.

Suhu maksimum di Indonesia selama sepekan terakhir bervariasi antara 33-37 derajat Celsius. Cuaca panas ini terjadi di pesisir Sumatera Selatan, Banten, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, dan NTT. Kemudian Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan. Kondisi ini diperkirakan masih berlangsung beberapa hari ke depan.

Jaga Asupan Cairan Tubuh

Di tengah cuaca panas seperti ini, dr. Agus menekankan pentingnya menjaga asupan cairan tubuh. Dia menganjurkan masyarakat Indonesia untuk minum minimal delapan gelas air putih per hari. Kondisi ini setara dengan 1.800 hingga 2.000 mililiter. Tujuannya agar tubuh terhindar dari dehidrasi yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal.

“Kebutuhan cairan sangat penting, terutama di musim panas ini. Korban pertama dari dehidrasi adalah fungsi ginjal. Apalagi jika ginjal rusak. Satu-satunya solusi hanya cuci darah, karena masih sangat sedikit yang bersedia mendonorkan ginjal,” kata dr. Agus.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) ini juga mengingatkan masyarakat untuk lebih memilih air putih sebagai sumber hidrasi.

Sebaiknya kurangi minuman berwarna, seperti teh, terutama saat cuaca panas. Sebab dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh dan meningkatkan risiko batu ginjal.

BMKG maupun dr. Agus mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan menjaga kesehatan. Caranya dengan memperhatikan asupan cairan guna menghindari risiko dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer