MAKLUMAT – Tanwir Muhammadiyah pada 4-6 Desember 2024 di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), bukan sekadar perhelatan rutin persyarikatan. Forum ini merupakan peneguhan jalan panjang dan berliku dakwah Muhammadiyah di provinsi Nusa Cendana.
Pemilihan Kupang sebagai tuan rumah Tanwir memiliki alasan kuat yang berakar pada sejarah panjang Muhammadiyah di provinsi ini. Bagaimana sejarahnya?
Dakwah Muhammadiyah di NTT bermula pada 1930-an, ketika Desa Geliting, Kabupaten Sikka, menjadi pintu gerbang bagi para mubalig. Kawasan pelabuhan ini menerima mubalig dari berbagai daerah seperti Ende, Bima, Makassar, hingga Jawa.
Dilansir dari laman Muhammadiyah, tahun 1937 menjadi tonggak penting dengan berdirinya Masjid Mujahidin di Geliting oleh Husaini Daeng Maramba, saudagar asal Selayar, Sulawesi Selatan. Mimbar masjid ini dihiasi ornamen logo Muhammadiyah, menandakan kehadiran dakwah Muhammadiyah sebelum masjid itu berdiri.
Persebaran dakwah meluas ke Pulau Sumba melalui kontribusi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan para mubalig dari Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Di Kupang, gerakan ini bertumbuh melalui PNS dan kegiatan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) pada dekade 1950-1960.
Sebagai ibu kota provinsi, Kupang menjadi episentrum perkembangan Muhammadiyah di NTT. Para kader Muhammadiyah yang datang sebagai PNS atau pedagang memperkuat dakwah di kota ini.
Tahun 1979 menjadi penanda baru ketika Musyawarah Cabang (Musycab) Muhammadiyah pertama digelar di Kantor MUI NTT, Kompleks Masjid Raya Nurussa’adah. Abas Mustaqiem terpilih sebagai Ketua, dengan Zainuddin Achied sebagai Sekretaris, dan Rahmat Nuri sebagai Bendahara.
Pada 1984, Muhammadiyah Kupang memprakarsai pembentukan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) NTT. Setahun kemudian, PWM resmi terbentuk dengan dukungan cabang-cabang di Ende, Waingapu, dan Geliting.
Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan
Saat ini, Muhammadiyah di Kupang telah mengembangkan berbagai institusi pendidikan yang menjadi andalan. SMP Muhammadiyah Kupang, SD Muhammadiyah 1 dan 2, serta SMK Muhammadiyah Kupang merupakan bukti konkret upaya mencerdaskan generasi bangsa.
Universitas Muhammadiyah Kupang (UM Kupang) menjadi salah satu perguruan tinggi yang diperhitungkan di kawasan Indonesia Timur. Pada 2024, UM Kupang mencatat 5.062 mahasiswa, dengan 80 persen di antaranya beragama non-Muslim.
Tidak hanya di bidang pendidikan, Muhammadiyah juga aktif dalam pelayanan kesehatan melalui Klinik Aisyiyah Kupang. Berdiri di Jl. Keuangan Negara, Kayu Putih, klinik ini mulai beroperasi pada 2013 dan menjalin kerja sama dengan BPJS sejak 2015.
Dakwah di Tengah Minoritas
Kupang, dengan populasi umat Islam yang mencapai 43.025 jiwa dari total 474.611 penduduk (data Kementerian Agama NTT 2023), merupakan wilayah dengan mayoritas penduduk beragama Kristen.
Namun, hal ini tidak mengurangi semangat Muhammadiyah untuk terus berdakwah dan mencerdaskan masyarakat. Di tengah tantangan sebagai minoritas, Muhammadiyah tetap hadir sebagai penggerak perubahan.
Tanwir Muhammadiyah 2024 di Kupang menjadi momentum strategis untuk meneguhkan komitmen dakwah dan gerakan pencerahan. Dari Geliting hingga Kupang, jejak langkah Muhammadiyah di NTT tidak hanya merefleksikan perjalanan sejarah, tetapi juga semangat yang terus bergelora demi kemajuan umat.