MAKLUMAT — Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA menghadiri Tanwir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur ( NTT), Kamis (5/12) siang (WITA).
Berbicara di depan sekitar 350 peserta Tanwir Muhammadiyah, Menag Nasaruddin Umar menegaskan komitmennya untuk menerima masukan dari masyarakat dan tokoh agama terkait beberapa program kerja Kemenag, termasuk salah satunya pengembangan pendidikan berbasis cinta.
Nasaruddin menyampaikan pentingnya reformasi kurikulum pendidikan agama yang selama ini dinilai terlalu fokus pada perbedaan.
“Kami ikut merumuskan kurikulum berbasis cinta. Selama ini, setiap guru agama mengajarkan bahwa agama yang paling benar adalah Islam, sementara yang lain dianggap sesat. Kalau gurunya NU yang paling benar adalah NU, begitu pula Muhammadiyah. Apa jadinya anak-anak jika sejak kecil ditanamkan kebencian? Sampai tua mereka akan sulit menerima perbedaan,” kata Nasaruddin.
Ia menekankan perlunya pendekatan yang lebih humanis dalam pendidikan agama.
Menurut Nasaruddin, perbedaan agama maupun organisasi keagamaan tidak seharusnya menjadi penghalang untuk memperkuat persatuan bangsa.
“Kita harus memasukkan kurikulum cinta dalam pendidikan. Jangan menanamkan pertentangan sejak dini. Anak-anak perlu diajarkan bahwa perbedaan adalah bagian dari keindahan hidup bermasyarakat,” ujarnya.
Eliminasi Kebencian dalam Pendidikan
Nasaruddin juga membagikan pengalamannya belajar dari para guru agama yang mampu mengeliminasi rasa kebencian di tengah keberagaman. Ia berharap pendekatan ini dapat diadopsi dalam kurikulum pendidikan nasional.
“Perbedaan tidak seharusnya memperlebar jarak antarmasyarakat. Saya belajar dari guru-guru saya bagaimana mengatasi rasa benci dan menggantinya dengan penghormatan terhadap perbedaan,” tambahnya.
Nasaruddin juga meminta hasil Tanwir Muhammadiyah agar dikumpulkan dan bisa diperbanyak untuk didistribusikan ke Kementerian Agama. Ia menilai hasil Tanwir dapat menjadi masukan penting untuk membahas persoalan bangsa di masa depan.
“Kami berharap ada masukan yang kami butuhkan sebagai umara. Berikanlah pandangan yang konstruktif. Ini adalah harapan kami untuk bersama-sama membangun bangsa yang damai dan penuh cinta,” tuturnya.
Komitmen Mendengar Aspirasi
Di akhir pernyataannya, Nasaruddin menggarisbawahi kesiapannya untuk selalu mendengar aspirasi masyarakat. Ia bahkan mengaku tak segan menerima kritik keras demi perbaikan.
“Handphone saya aktif 24 jam. Kalau perlu, jewer saya jika ada yang salah. Saya terbuka untuk semua masukan, terutama dari masyarakat dan tokoh agama,” katanya disambut gemuruh tepuk tangan peserta Tanwir Muhammadiyah.