MAKLUMAT — Malam itu, suasana di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya terasa berbeda. Ratusan jamaah, baik yang hadir secara langsung maupun mengikuti secara daring, memadati ruang utama masjid.
Mereka datang untuk menyimak kajian Tafsir Al Jailani, yang dibawakan oleh seorang cicit langsung dari Syekh Abdul Qadir Al Jailani, Syekh Assayyid Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al Jailani, Jumat (13/12) malam.
Bagi masyarakat Jawa Timur, kajian ini bukan hal baru. Dua kali sebulan, Syekh Fadhil hadir untuk membahas ayat-ayat suci Al-Qur’an, menyingkap kedalaman maknanya dengan metode khas yang diwarisi dari leluhurnya. Malam itu, ia membuka kajian dengan menekankan prinsip penting dalam tafsir Syekh Abdul Qadir Al Jailani: menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, lalu dengan hadis.
“Sejak awal, tafsir ini memang berbeda,” ujar Syekh Fadhil dengan suara tegas. Ia lalu membahas salah satu ayat yang menjadi pesan penting dalam Tafsir Al Jailani, yakni tentang balasan bagi orang-orang beriman yang beramal saleh.
Menurut tafsir ini, orang yang beramal saleh bukan sekadar melaksanakan perintah Allah, tetapi juga melakukannya dengan keikhlasan yang murni, jauh dari sifat riya. “Mereka yang beriman pada Allah dan hari akhir, serta beramal saleh, akan mendapatkan pahala dari Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut di hari kiamat, juga tidak ada kesedihan yang menghampiri mereka,” paparnya.
Ibunya Anak-anak Yatim dan Fuqara
Namun, malam itu, ada sesuatu yang istimewa. Di tengah kajian, Syekh Fadhil menyampaikan pujian khusus kepada Khofifah Indar Parawansa, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Masjid Nasional Al Akbar.
Ia menyebut Khofifah sebagai “ibunya anak-anak yatim dan fuqara.” Ketulusan Khofifah dalam memperhatikan kaum dhuafa adalah teladan yang patut diapresiasi.
Sebagai bentuk penghormatan, Syekh Fadhil menghadiahkan kitab tafsir karya Imam Al Ghazali kepada Khofifah. Sebuah pemberian yang sarat makna, tak hanya sebagai penghargaan, tetapi juga pengingat atas peran penting Khofifah dalam mendukung kajian ini sejak awal.
Khofifah mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran Syekh Fadhil yang telah sepuluh kali mengisi kajian ini. “Kajian ini berawal dari kerinduan saya untuk memahami Tafsir Al Jailani. Ketika pertama kali menerima kitab ini dari beliau pada tahun 2022, saya merasa ada banyak bagian yang belum saya pahami sepenuhnya. Alhamdulillah, beliau bersedia untuk membahasnya langsung di masjid ini,” tuturnya.
Dengan nasab yang bersambung hingga Sayyidina Hasan dan Husein, Syekh Fadhil bukan hanya menjadi penyampai ilmu, tetapi juga pembawa keberkahan bagi masyarakat yang hadir. Di akhir acara, Khofifah mengingatkan betapa beruntungnya Jawa Timur memiliki akses langsung ke ilmu yang begitu mendalam.
Malam itu, Masjid Nasional Al Akbar menjadi saksi. Bukan hanya tentang ilmu yang dibagikan, tetapi juga tentang hubungan yang terjalin antara guru dan murid, antara pemimpin dan masyarakat, dalam naungan cinta kepada Al-Qur’an.