27.3 C
Malang
Minggu, Desember 22, 2024
KilasJejak Wali di Tanah Jawa: Silsilah Dua Ulama Besar Nusantara

Jejak Wali di Tanah Jawa: Silsilah Dua Ulama Besar Nusantara

Ulama Besar Nusantara
Dua ulama Nusantara, Kiai Haji Hasyim Asy’ari (kiri) dan Kiai Haji Ahmad Dahlan. Foto:Muhammadiyah

MAKLUMAT — Bayangkan senja di Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, saat laut bergemuruh lembut. Di pelabuhan kecil itu, jauh sebelum ada jejak kolonialisme, kapal-kapal dagang berdatangan membawa rempah, kain, dan pesan dari dunia Islam.

Di sinilah, menurut Prof. Dr. M. Naquib Al-Attas, Islam pertama kali menyentuh bumi Nusantara, dibawa oleh para sahabat Nabi sekitar abad ke-6 atau ke-7 masehi. Namun, perjalanan Islam tidak merata.

Di Jawa, Islam baru mengakar kuat pada abad ke-15, melalui sembilan wali yang dikenal sebagai Wali Songo. Mereka adalah cahaya di tengah gelapnya kepercayaan lama, membawa Islam dengan harmoni, musik, dan seni. Di antara mereka, dua nama mencuat sebagai akar dari dua ulama besar Nusantara: Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) dan Sunan Giri (Raden Paku).

Dari Sunan Gresik, lahirlah Kiai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Sedangkan Sunan Giri adalah leluhur Kiai Haji Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Dua ulama besar Nusantara ini seperti dilansir laman Muhammadiyah, menjadi bukti bahwa warisan para wali tidak sekadar berdakwah, tetapi juga membentuk fondasi peradaban.

Kiai Ahmad Dahlan Keturunan Sunan Gresik

Sutrisno Kutoyo dalam Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah (1982) menukil catatan dari Eyang Abdurrahman, Plasakuning, Yogyakarta terkait silsilah Kiai Ahmad Dahlan yang bersambung ke Maulana Malik Ibrahim.

Urutan sanad tersebut adalah KH. Ahmad Dahlan ibn KH. Abu Bakar ibn KH. Muh. Sulaiman ibn Kiai Murtadhlo ibn Kiai Ilyas ibn Demang Juru Kapindo ibn Demang Juru Sepisan ibn Maulana Sulaiman ibn Maulana Fadhilah ibn Maulana Ainul Yakin ibn Maulana Ishak ibn Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim sendiri yang digelari sebagai Sunan Gresik adalah seorang Wali paling senior di antara sembilan wali. Drewes dalam New Light on the Coming of Islam to Indonesia (1968) menyebutnya sebagai sosok yang paling awal berdakwah menyebarkan Islam di bumi Jawa.

Sumber sejarah pascakolonial bahkan menyebut ulama kelahiran Kashan, Persia (Iran) ini sebagai seorang wali yang sakti. Sebab, dia berhasil menembus medan dakwah di bumi Jawa yang terkenal alot  sehingga sejak Islam masuk di Nusantara dakwah Islam terbilang tidak pernah berhasil

Dari catatan As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini pada Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait, Maulana Malik Ibrahim ini adalah seorang sayyid atau keturunan Nabi Muhammad.

Urutan tersebut adalah As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim ibn As-Sayyid Barakat Zainal Alam ibn As-Sayyid Husain Jamaluddin ibn As-Sayyid Ahmad Jalaluddin ibn As-Sayyid Abdullah ibn As-Sayyid Abdul Malik Azmat Khan ibn As-Sayyid Alwi Ammil Faqih ibn As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath ibn As-Sayyid Ali Khali’ Qasam ibn As-Sayyid Alwi ibn As-Sayyid Muhammad ibn As-Sayyid Alwi ibn As-Sayyid Ubaidillah ibn Al-Imam Ahmad Al-Muhajir ibn Al-Imam ‘Isa Ar-Rumi ibn Al-Imam Muhammad An-Naqib ibn Al-Imam Ali Al-Uraidhi ibn Al-Imam Ja’far Shadiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Ali Zainal Abidin ibn Al-Imam Al-Husain ibn Ali bin Abi Thalib suami dari Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Rasulullah Muhammad Rasulullah SAW.

Kiai Hasyim Asy’ari Keturunan Sunan Giri

Sementara itu, pendiri Nahdlatul Ulama yaitu Kiai Hasyim ‘Asy’ari diketahui sebagai keturunan Sunan Giri. Sunan Giri sendiri adalah seorang Wali yang meneruskan dakwah Islam ketika Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 1419 masehi.

Rizem Aizid dalam Biografi Ulama Nusantara Disertai Pemikiran dan Pengaruh Mereka (2016) menyebut KH Hasyim Asy’ari memiliki ketersambungan nasab dengan Sunan Giri dari garis ibunya, yaitu Halimah sebagai keturunan kedelapan Jaka Tingkir atau Sultan Pajang.

Jaka Tingkir adalah putra dari Raden ‘Ainul Yaqin atau yang digelari sebagai Sunan Giri. Nama lain dari Sunan Giri adalah Maulana ‘Ainul Yaqīn atau (Raden Paku). Beliau diperkirakan lahir pada tahun 1442 di wilayah Kerajaan Majapahit, yaitu Blambangan (sekarang Banyuwangi)

Ibu Sunan Giri adalah putri dari Raja Blambangan, yaitu Dewi Sekardadu. Dari ayah Sunan Giri, Syekh Maulana Ishaq Al-Maghribi inilah silsilah nasabnya tersambung ke Rasulullah Saw.

Syekh Maulana Ishaq Al-Maghribi merupakan seorang sayyid atau keturunan Nabi Muhammad dari jalur Husein bin Ali ibn Abi Thalib Ra, suami dari putri Nabi Muhammad Saw, Fathimah Az-Zahra Ra.

Warisan yang Hidup hingga Kini

Warisan Sunan Giri tak hanya berupa pesan lisan, tetapi juga seni. Alik Al Adhim dalam Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa (2015) menyebut warisan dakwah Sunan Giri yang tetap wujud hingga masa ini adalah permainan anak-anak Jelungan, lagu Lir-Ilir, Cublak-Cublak Suweng beserta tembang macapat Asmarandana dan Pucung yang berisi tentang pengajaran intisari syariat Islam.

Lagu Lir-Ilir, permainan Jelungan, hingga tembang macapat seperti Asmarandana dan Pucung adalah karya dakwahnya. Ini bukan sekadar hiburan, melainkan intisari syariat yang disampaikan lewat budaya.

KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari adalah bukti nyata bahwa dakwah Islam melampaui masa. Mereka meneruskan warisan Wali Songo, menebarkan Islam sebagai rahmat bagi semesta. Hingga kini, manfaat dari perjuangan mereka dirasakan umat Islam, tak hanya di Nusantara, tetapi juga di seluruh dunia.

Maka, setiap langkah kita di tanah ini sejatinya adalah jejak mereka yang terdahulu. Dua ulama besar ini, seperti dua sungai yang mengalir dari satu sumber, telah menjadi aliran yang menyuburkan bumi pertiwi.

 

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer