25.4 C
Malang
Rabu, Januari 15, 2025

Penjualan Setrum PLN Naik 6%, Tanda Ekonomi Masih Berdenyut

Perekonomian Jawa Timur masih berdenyut yang ditandai dengan naiknya penjualan setrum PLN sepanjang tahun 2024.
KilasIndonesia Gabung BRICS: Dosen Hubungan Internasional UMM Ungkap Tantangan Diplomatiknya

Indonesia Gabung BRICS: Dosen Hubungan Internasional UMM Ungkap Tantangan Diplomatiknya

Gabung BRICS
Dosen Hubungan Internasional UMM Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si. Foto:UMM

MAKLUMAT — Indonesia resmi gabung BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Langkah strategis ini mendapat banyak dukungan dari berbagai kalangan, termasuk Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si., dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Menurutnya, bukan hanya Indonesia yang berkepentingan masuk ke BRICS, tetapi organisasi tersebut juga melihat Indonesia sebagai mitra penting.

“Masuknya Indonesia ke BRICS merupakan momentum yang ditunggu-tunggu oleh negara anggota lainnya. Indonesia memiliki potensi pasar besar dan posisi strategis sebagai salah satu pemimpin di ASEAN. Keberadaan Indonesia diharapkan dapat mendorong negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk bergabung,” jelas Ruli dikutip Selasa (14/1/2025).

Ruli menyebut, latar belakang utama Indonesia bergabung dengan BRICS adalah untuk memperkuat kepentingan nasional di bidang ekonomi dan politik. Ia menekankan bahwa Indonesia perlu mencontoh China dan India dalam memanfaatkan pasar global, khususnya dengan mengoptimalkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). “BRICS bisa menjadi alternatif penting untuk meningkatkan posisi tawar Indonesia di tengah kebijakan standar ganda negara Barat,” ujarnya.

Contoh nyata tantangan dari Barat yang pernah dihadapi Indonesia adalah penghentian distribusi minyak kelapa sawit mentah (CPO) ke Uni Eropa, pembatasan ekspor, serta ancaman tarif dan hambatan non-tarif dari Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump. Melalui BRICS, Indonesia dapat memperluas pasar ekspor CPO dan produk turunannya ke negara-negara anggota.

Dari sisi ekonomi, potensi keuntungan bergabung dengan BRICS sangat besar. Ruli menilai bahwa keanggotaan ini membuka akses luas bagi produk-produk lokal ke pasar global. Namun, ia juga mengingatkan bahwa langkah ini akan sia-sia jika pelaku UMKM tidak siap bersaing.

“Tantangan besar pemerintah adalah mendorong UMKM agar mampu menghasilkan produk yang kompetitif di pasar internasional,” tegasnya. Selain itu, peluang investasi langsung dari negara anggota BRICS diharapkan dapat membantu Indonesia mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen di bawah pemerintahan Presiden Prabowo.

Tantangan Diplomatik

Namun, bergabung dengan BRICS juga menghadirkan tantangan diplomatik yang signifikan. Indonesia harus menjaga keseimbangan hubungan dengan kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa. Kedekatan Indonesia dengan China dan Rusia yang merupakan bagian dari BRICS dapat memengaruhi dinamika hubungan dengan AS, terutama terkait isu dedolarisasi yang didorong oleh BRICS.

“Jangan sampai Amerika Serikat merasa diabaikan,” kata Ruli. Ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan hubungan dengan kekuatan besar dunia. Strategi bergabung dengan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) juga menjadi penting untuk menyeimbangkan posisi Indonesia antara Barat dan BRICS serta menegaskan politik luar negeri yang bebas dan aktif.

Keuntungan lain yang diungkap Ruli adalah kesempatan untuk meningkatkan komunikasi dan kerja sama di antara negara-negara BRICS. Forum ini dapat meminimalisir konflik akibat perbedaan kepentingan serta memperkuat peran Indonesia dalam menentukan kebijakan ekonomi global yang saling menguntungkan.

“Harapannya, keanggotaan Indonesia di BRICS bisa menekan potensi ancaman keamanan regional, seperti konflik antara China dan India. Selain itu, peran aktif Indonesia di BRICS dapat berkontribusi pada stabilitas dan perdamaian dunia,” pungkasnya.

Ads Banner

Ads Banner

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer