23.8 C
Malang
Rabu, Januari 15, 2025
TopikProf. Haedar Nashir: Islam Tidak Cukup dengan Pidato Retorika Semata

Prof. Haedar Nashir: Islam Tidak Cukup dengan Pidato Retorika Semata

Prof. Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir saat membuka Tanwir I Aisyiyah di Jakarta, Rabu (15/1/2025). Foto:IST

MAKLUMAT — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir menegaskan bahwa Islam harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang memberi solusi atas persoalan kemanusiaan. Hal ini disampaikannya saat membuka Tanwir I Aisyiyah di Tavia Hotel Jakarta, Rabu (15/1/2024).

“Islam tidak cukup dengan pidato retorika semata,” ujar Prof. Haedar Nashir, menekankan pentingnya Islam sebagai agama yang membawa pencerahan moral, spiritual, dan solusi konkret dalam kehidupan bermasyarakat.

Tanwir I Aisyiyah, yang berlangsung hingga 17 Januari, mengusung tema “Dinamisasi Perempuan Berkemajuan Mewujudkan Indonesia Berkeadilan”. Acara ini diikuti oleh 35 perwakilan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) dari seluruh Indonesia.

Haedar memaknai Tanwir sebagai forum musyawarah yang berakar pada tradisi Muhammadiyah sejak 1935, ketika istilah ini pertama kali digunakan dalam Muktamar di Banjarmasin. Tanwir, yang berarti “pencerahan,” menurutnya memiliki makna luas dalam upaya membebaskan manusia dari kebodohan dan keterbelakangan.

“Tanwir bukan sekadar rapat biasa. Ini adalah permusyawaratan yang menuntut kontribusi nyata, bukan hanya tempat hadir dan bersorak,” tegas Haedar.

Solusi Konstruktif

Dalam pidatonya, Haedar menyerukan perubahan paradigma dari gerakan yang konfrontatif menjadi gerakan yang solutif dan konstruktif. Ia berharap, melalui Tanwir I ini, ‘Aisyiyah mampu membangun kesetaraan gender yang berkeadilan serta mempererat relasi sosial tanpa diskriminasi.

“Betapa Tanwir ini bermakna mendalam dan luas, inspiratif sekaligus substantif,” tuturnya.

Pada momen pembukaan, simbolisasi dilakukan dengan melepaskan anak panah ke layar oleh Haedar Nashir dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Salmah Orbayinah. Tindakan itu menjadi lambang resmi dimulainya Tanwir I Aisyiyah, yang diharapkan akan memberikan kontribusi besar bagi kemajuan perempuan dan keadilan sosial di Indonesia.

Haedar juga menyampaikan apresiasi atas konsep pembukaan yang menampilkan budaya Betawi. Hal ini merupakan bagian dari kekayaan tradisi Nusantara yang selalu dirangkul Muhammadiyah dan Aisyiyah dalam gerak langkah perjuangannya.

Ads Banner

Ads Banner

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer