21.5 C
Malang
Kamis, Januari 23, 2025

Keren, Mahasiswa UMM Ubah Limbah Kayu Jadi Energi Bersih

Sejumlah mahasiswa UMM sukses menciptakan mesin yang ramah lingkungan berbahan sampah kayu pabrik mebel.
KilasMengenal Gangguan OCD dan Penyebabnya, Bersifat Genetik?

Mengenal Gangguan OCD dan Penyebabnya, Bersifat Genetik?

Ilustrasi mencuci pada penderita OCD. Foto: JED Foundation.

MAKLUMAT – Obsessive, compulsive, disorder (OCD) atau gangguan obsesif-kompulsif sering kali memunculkan kesalahpahaman. Sejauh ini belum banyak orang mengetahui, dan muncul pertanyaan tentang penyebab, dampak, dan cara penanganannya.

Salah satu pertanyaan paling umum adalah, apakah OCD bersifat genetik? Sejauh ini belum sepenuhnya jelas. Namun banyak penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik bisa berperan dalam meningkatkan risiko seseorang mengalaminya.

Mengutip Atlanta Integrative Psychiatry, faktor genetik dan lingkungan berkontribusi terhadap munculnya seseorang mengalami OCD.

OCD adalah gangguan mental yang kompleks, sebagai akibat obsesi dan kompulsi yang berulang. Kedua gejala ini sering menyebabkan kecemasan dan bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Obsesi

Obsesi adalah pikiran, dorongan, atau gambaran yang muncul secara terus-menerus. Kerap memicu rasa cemas hingga tertekan. Contoh obsesi yang sering muncul pada penderita adalah ketakutan berlebihan akan kontaminasi, dan kekhawatiran berlebihan akan menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Bisa juga munculnya pikiran seksual atau menghujat yang bersifat mengganggu hingga kebutuhan untuk menyusun barang dengan cara tertentu. Bisa juga adanya rasa takut lupa mengunci pintu hingga lupa mematikan peralatan rumah tangga

Kompulsi

Di sisi lain, kompulsi adalah perilaku berulang atau ritual mental untuk mengurangi kecemasan akibat obsesi. Sebut saja sikap terlalu sering mencuci tangan, memeriksa pintu atau peralatan secara berulang, menyusun barang dengan cara tertentu, mengulang kata atau frasa dalam pikiran, dan menyentuh objek dengan urutan tertentu.

Meskipun kompulsi ini bisa memberikan sedikit kelegaan sementara, penderita sering menguras waktu dan energi. Akibatnya mengganggu kehidupan sehari-hari, pekerjaan, sekolah, dan hubungan sosial.

Dampak OCD dalam Aktivitas

OCD bukan hanya masalah mental, tapi juga sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada tingkat yang lebih parah, penderita OCD bisa menghabiskan berjam-jam untuk melawan pikiran obsesif. Hal ini tentu saja mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, sekolah, hingga hubungan pribadi.

Sebuah penelitian pada 2016 silam mengungkapkan bahwa sekitar 33 persen orang dengan OCD juga mengalami gangguan depresi mayor, dan hampir 52 persen penderita OCD pernah memikirkan untuk bunuh diri.

Sebagai perbandingan, prevalensi gangguan depresi mayor di Amerika Serikat sekitar 8,3 persen, dan 5,2 persen orang dewasa pernah memikirkan bunuh diri dalam 12 bulan terakhir.

Faktor Genetik

Studi-studi terkini menunjukkan bahwa faktor genetik memang berperan dalam munculnya OCD. Meskipun itu bukan satu-satunya penyebab utama. Gangguan ini sering kali sebagai akibat kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan perubahan kimiawi di otak.

Penelitian menunjukkan bahwa OCD cenderung muncul dalam keluarga. Jika seseorang memiliki anggota keluarga dekat (orang tua atau saudara kandung) menderita OCD, maka risiko anggota keluarga mengalaminya juga lebih tinggi.

Penelitian pada anak kembar menunjukkan hal serupa. Kembar identik memiliki kemungkinan lebih besar mengalami OCD dibandingkan dengan kembar fraternal.

Selain itu, para peneliti juga telah mengidentifikasi variasi genetik tertentu yang berhubungan dengan OCD. Terutama yang mempengaruhi regulasi serotonin dan fungsi otak secara umum.

Penanganan dan Pengobatan OCD

Apakah OCD bisa disembuhkan? Sebetulnya ada beberapa pilihan pengobatan yang efektif. Pendekatan yang sering digunakan meliputi terapi perilaku kognitif (CBT). Bisa juga menggunakan obat-obatan yang dapat membantu mengatur kimiawi otak.

Terapi menggunakan pendekatan paparan dan pencegahan respons (ERP) cukup efektif. Namun ada baiknya berkonsultasi dengan dokter yang Anda percaya.

Ads Banner

Ads Banner

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer