27.7 C
Malang
Jumat, Januari 24, 2025
KilasGaza Gencatan Senjata, Zionis Israel Pindah Gasak Tepi Barat

Gaza Gencatan Senjata, Zionis Israel Pindah Gasak Tepi Barat

Ketegangan di Tepi Barat meningkat usai pasukan Zionis Israel melancarkan serangan di Kota Jenin sejak Selasa (21/1/2025) hingga kini telah memasuki harp ketiga, Kamis (23/1/2025). (Foto:Al-Jazeera)
Ketegangan di Tepi Barat meningkat usai pasukan Zionis Israel melancarkan serangan di Kota Jenin sejak Selasa (21/1/2025) hingga kini telah memasuki hari ketiga, Kamis (23/1/2025). (Foto:Al-Jazeera)

MAKLUMAT — Ketegangan meningkat di Tepi Barat setelah pasukan Zionis Israel melancarkan operasi militer besar-besaran di Jenin sejak Selasa (21/1/2025) lalu. Dalam aksi tersebut, setidaknya 25 warga Palestina ditangkap, sementara Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan 10 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

Kini, serangan mematikan Israel di Jenin telah memasuki hari ketiga, dengan pasukannya mengeluarkan ancaman evakuasi paksa kepada penduduk kamp pengungsi di kota tersebut. Ratusan warga Palestina di kamp pengungsi Jenin juga sudah mulai meninggalkan rumah mereka pada Kamis (23/1/2025).

Operasi ini disertai dengan pengeboman dan invasi darat, menjadikan rumah sakit utama di Jenin sebagai target pengepungan. “Staf medis dan pasien tidak diizinkan keluar, sementara pasokan medis juga tidak diperbolehkan masuk,” ungkap pernyataan resmi pihak rumah sakit.

Kekerasan di Tengah Gencatan Senjata Gaza

Serangan militer di Jenin terjadi bersamaan dengan gencatan senjata sementara yang diumumkan di Gaza. Namun, kekerasan di Tepi Barat memunculkan kekhawatiran baru di tengah penduduk Palestina. Shady Abdullah, seorang jurnalis sekaligus aktivis HAM dari Tulkarem, mengungkapkan rasa takut masyarakat.

“Kami menyaksikan genosida terjadi di Gaza selama 14 bulan, dan sekarang kami khawatir situasi serupa akan menimpa kami di Tepi Barat,” ujarnya mengutip Al Jazeera, Kamis (23/1/2025).

Sejak gencatan senjata Gaza dimulai pada 19 Januari, Israel memperketat kontrol di Tepi Barat dengan mendirikan puluhan pos pemeriksaan baru, melarang warga Palestina merayakan pembebasan tahanan politik, serta memblokade akses ke lahan pertanian. Di sisi lain, pemukim Israel memperluas wilayah ilegal mereka dan menyerang desa-desa Palestina.

Ambisi Aneksasi dan Pengusiran Terselubung

Permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki dianggap ilegal menurut hukum internasional. Namun, pembangunan pemukiman terus berjalan, sering kali didukung oleh pemerintah Israel.

“Implikasi dari kekerasan tersebut mengarah pada pengungsian langsung atau tidak langsung. Ini konsisten dengan tujuan Israel untuk mencegah berdirinya negara Palestina,” jelas Tahani Mustafa, pakar Israel-Palestina dari International Crisis Group.

Dugaan Kompromi AS dan Israel

Di lain sisi, sebagian orang bahkan para analis juga menduga bahwa kekerasan ini merupakan bagian dari kompromi politik antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang baru saja dilantik, dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.

“Gencatan senjata di Gaza—yang lebih mirip jeda kemanusiaan dan pertukaran tahanan—tampaknya memiliki harga. Israel tidak pernah memberi apa pun tanpa meminta imbalan, dan kita melihat hasilnya di Tepi Barat,” tambah Mustafa.

Kendati demikian, Trump belum mengindikasikan adanya kesepakatan apa pun dengan Netanyahu yang memungkinkan Israel melakukan eskalasi di Tepi Barat. Namun, ia juga menolak berkomitmen pada solusi dua negara. Trump sendiri diketahui juga mencalonkan sejumlah tokoh anti-Palestina untuk mengisi beberapa posisi penting di pemerintahan yang ia pimpin.

Korban Perang

Di Gaza, tim pertahanan sipil terus menemukan korban jiwa di bawah reruntuhan. Dalam dua hari terakhir, 120 jenazah ditemukan, meningkatkan total korban tewas menjadi 47.107 sejak perang dimulai pada Oktober 2023. Lebih dari 111.000 orang lainnya dilaporkan terluka.

Ketegangan yang kini merambat ke Tepi Barat memunculkan kekhawatiran bahwa kekerasan yang dialami Gaza akan terulang. Warga Palestina, khususnya di wilayah pendudukan, kini hidup dalam ketidakpastian dan dihantui situasi yang masih mencekam.

Ads Banner

Ads Banner

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer