MAKLUMAT– Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) tengah berduka. Salah satu tokoh senior sekaligus pelatih nasional HW, Ramanda Yusman, berpulang ke rahmatullah saat bertugas menjadi instruktur pelatihan Jaya Melati-1 di Kwartir Cabang (Kwarcab) Arjasa Kangean, Selasa dini hari (28/1/2025).
Informasi yang dihimpun menyebutkan bahwa Yusman bersama rombongan Kwartir Wilayah (Kwarwil) Hizbul Wathan Jawa Timur berangkat dari Sidoarjo pada Kamis (23/1/2025).
Agenda pelatihan berlangsung intensif hingga Yusman sempat mengeluhkan kecapekan pada Senin malam (27/1). Gejala awal seperti batuk, sesak napas, dan keringat dingin mulai dirasakan.
Menurut catatan kronologi, pada Senin malam pukul 19.30 WIB, Yusman masih ikut makan malam bersama di rumah Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Arjasa. Kemudian pukul 22.00, ia kembali ke kantor PCM untuk beristirahat. Namun, sekitar pukul 23.00, ia mulai mengalami batuk-batuk dan sesak napas, yang semakin parah menjelang tengah malam.
“Tadi malam beliau masih sempat beraktivitas seperti biasa. Bahkan, tidak terlihat ada keluhan yang serius,” kata Ramanda Fathurrahim Syuhadi, Ketua Kwartir Wilayah HW Jawa Timur, dikutip dari PWMU.Co.
Upaya pertolongan dilakukan oleh tim di lokasi, namun pada pukul 02.00 dini hari, Yusman dinyatakan meninggal dunia oleh pihak Puskesmas. Jenazahnya kemudian dibawa dari Pulau Kangean menuju ke tempat peristirahatan terakhir di Balen, Bojonegoro.
Pengabdian Tiada Henti
Yusman, yang berusia 63 tahun, dikenal sebagai sosok yang penuh semangat dalam melatih generasi muda melalui Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. Di sela-sela kesibukannya sebagai pengurus Lembaga Pengembangan Haji dan Umroh PDM Bojonegoro, Yusman tetap menyediakan waktu khusus untuk membina kader HW.
“Beliau sangat berdedikasi. Bahkan, saat melatih, Ramanda Yusman sering menolak diberi biaya transportasi. Jiwa pengabdian beliau luar biasa,” ujar Fathurrahim Syuhadi.
Sebagai Ketua Kwartir Wilayah HW Jawa Timur periode 2011-2016, Yusman dikenal mengayomi kader-kader muda. Dedikasinya melatih hingga ke pelosok daerah menjadi teladan bagi banyak orang.
Bahkan, pada malam inagurasi pelatihan Jaya Melati-1 di Kangean, ia masih sempat mengajarkan dua lagu kepada peserta, salah satunya adalah lagu perpisahan yang mengajarkan keikhlasan dan pengabdian.
“Lagu itu menjadi simbol perjuangan beliau. Malam itu, tidak ada yang menyangka lagu tersebut menjadi pesan terakhir dari Ramanda Yusman,” kenangnya.
Sosok Yusman dikenang sebagai kader Muhammadiyah sejati yang tidak pernah lelah berjuang hingga akhir hayatnya. Keaktifannya tidak hanya dalam kepanduan, tetapi juga di berbagai majelis dan lembaga Muhammadiyah.
“Beliau adalah contoh teladan kader Muhammadiyah. Semangat dan perjuangannya akan terus menyala di hati kami,” pungkas Fathurrahim.