22.8 C
Malang
Senin, Februari 3, 2025
KilasLibatkan Kantin Sekolah hingga Pengolahan Limbah, MUI dan DPR Apresiasi Konsep MBG...

Libatkan Kantin Sekolah hingga Pengolahan Limbah, MUI dan DPR Apresiasi Konsep MBG di Trenggalek

Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PDIP Novita Hardini, bersama Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin, saat mengecek pelaksanaan program MBG di Trenggalek. (Foto: Antara)
Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PDIP Novita Hardini, bersama Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin, saat mengecek pelaksanaan program MBG di Trenggalek. (Foto: Antara)

MAKLUMAT – Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas dan Anggota Fraksi PDIP Perjuangan (PDIP) DPR RI Novita Hardini mengapresiasi pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Trenggalek, yang mampu memberdayakan kantin sekolah sebagai penyedia makanan bergizi bagi siswa.

Menurut Anwar Abbas, inovasi pelaksanaan program tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, tetapi juga memperkuat ekonomi rakyat kecil, terutama pelaku usaha mikro yang bergantung pada lingkungan sekolah. “Hebat orang Trenggalek. Salut!” ungkap pria yang akrab disapa Buya Anwar Abbas itu singkat, Senin (3/2/2025).

Sementara itu, Novita Hardini menyebut kebijakan untuk melibatkan dan memberdayakan kantin sekolah itu sebagai solusi yang cerdas, tanpa membebani APBD. “Dengan begitu, program makan bergizi gratis menjadi efisien, kemudian sasarannya lebih banyak, anak-anak yang dibantu dan merasakan manfaatnya juga lebih banyak,” katanya, usai meninjau pelaksanaan MBG di Trenggalek akhir bulan lalu.

Lebih lanjut, bahkan Novita menilai konsep pelaksanaan MBG yang dilakukan dan diterapkan di Trenggalek bisa menjadi rujukan nasional dalam pengimplementasian program MBG. Ia memastikan bakal menyampaikan konsep pelaksanaan MBG di Trenggalek itu dalam rapat bersama DPR dengan menteri serta jajaran terkait.

“Saya akan menyampaikannya (konsep MBG di Trenggalek) dalam rapat makan bergizi gratis bersama menteri dan jajaran terkait, agar bisa menjadi referensi nasional,” kelakar Novita.

Pelaksanaan MBG di Trenggalek

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek sudah memulai pelaksanaan program MBG di sekolah-sekolah. Berbeda dengan pelaksanaan di daerah-daerah lain yang juga melaksanakan MBG, alih-alih membangun dapur umum untuk pemasok makanan bergizi bagi para siswa, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin (Mas Ipin) lebih memilih memberdayakan kantin sekolah dalam mengimplementasikan program prioritas Presiden Prabowo Subianto itu.

Pendekatan tersebut bertujuan agar program MBG tidak hanya memberi manfaat bagi anak-anak sekolah, tetapi juga bagi para pelaku usaha kecil yang selama ini bergantung pada kantin sekolah. “Yang penting SDM-nya dikuatkan, kemudian keliling untuk mengajari kantin-kantin sekolah agar bisa menyediakan menu yang sesuai standar. Harapannya, tidak ada lagi berita ibu kantin menangis karena (dagangannya) omzetnya turun,” ujar Mas Ipin saat uji coba MBG di Desa Wonokerto, Kecamatan Suruh, Trenggalek, Kamis (30/1/2025) lalu.

Kolaborasi dengan Petani Lokal dan PKK

Untuk memastikan bahan pangan bergizi selalu tersedia, sekolah-sekolah di Trenggalek menggandeng petani lokal. Selain itu, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) juga ikut serta dalam pemanfaatan pekarangan sekolah sebagai lahan tanam sayuran.

Pendekatan itu tidak hanya menghemat anggaran tetapi juga mendorong kemandirian pangan di lingkungan sekolah. Mas Ipin optimistis bahwa dengan sistem tersebut, anggaran Rp10 ribu per porsi cukup untuk menyediakan makanan bergizi bagi siswa. “Dengan model ini, anggaran Rp10 ribu per porsi insya Allah cukup untuk menyediakan makanan bergizi,” tegasnya.

Bawa Alat Makan Sendiri hingga Pengolahan Limbah

Kemudian, dalam upaya menjaga efisiensi anggaran sekaligus mengurangi limbah plastik, Mas Ipin mewajibkan siswa membawa alat makan sendiri dari rumah. Kebijakan itu memungkinkan anggaran yang sebelumnya dialokasikan untuk kemasan makanan dialihkan ke peningkatan kualitas lauk pauk bagi siswa.

“Dengan membawa alat makan sendiri, alokasi dana yang sebelumnya untuk kemasan bisa digunakan untuk menambah kualitas gizi makanan siswa,” jelasnya.

Tak hanya fokus pada pemenuhan gizi, Mas Ipin juga memastikan bahwa setiap sekolah memiliki sistem pengolahan limbah makanan (komposter). Hasil dari pengolahan ini nantinya dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman pangan di sekolah, menciptakan ekosistem yang lebih berkelanjutan.

“Dengan adanya pengolahan limbah ini, kita bisa menciptakan ekosistem yang berkelanjutan, mulai dari produksi, konsumsi, hingga pengelolaan sampahnya,” tambahnya.

Bisa Jadi Contoh Nasional?

Dengan inovasi pelaksanaan program MBG melalui kebijakan tersebut, Mas Ipin berharap konsep yang diterapkan di Trenggalek bisa menjadi percontohan atau prototipe nasional dalam penyelenggaraan program MBG. “Rasanya ini nanti akan bisa jadi prototipe yang baik untuk penyelenggaraan demi tercapainya prioritas Presiden Prabowo, yaitu makan bergizi gratis,” tandasnya.

Melalui model berbasis pemberdayaan kantin sekolah, kolaborasi petani lokal, serta pendekatan ramah lingkungan, Trenggalek menunjukkan bahwa program makan bergizi gratis bisa dijalankan secara efektif dan berkelanjutan tanpa membebani anggaran pemerintah secara berlebihan.

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer