
MAKLUMAT – Realisasi investasi di Jawa Timur pada tahun 2024 tercapai Rp147,3 triliun, atau naik 1,5 persen dari capaian tahun sebelumnya. Di mata pengusaha, angka ini bukan cerminan keberhasilan, lantaran banyak hal yang bisa mengganjal investasi.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Gresik, Alfan Wahyuddin menilai tingkat kepercayaan internasional belum sesuai harapan. Hal ini tercermin dari investasi yang masuk ke Jawa Timur mayoritas penanaman modal dalam negeri (PMDN).
“Investor asing lebih melirik Vietnam, karena tingkat korupsinya turun menjadi 8 persen, daya saing tinggi, dan alur perizinan praktis. Sangat kontras dengan Indonesia,” kata Alfan, melalui sambungan telepon, Senin (10/2/2025).
PMDN Masih Dominasi Investasi
Ia mengakui tingginya PMDN di Indonesia tak lepas dari banyaknya investor dalam negeri yang melakukan diversifikasi usaha. Sedangkan usaha yang benar-benar baru, lanjut Alfan, bisa dihitung dengan jari.
Pria kelahiran Gresik, 15 Juli 1975 ini menilai permasalahan yang bisa mengganjal peningkatan investasi cukup kompleks. Misalnya alur perizinan yang tidak praktis dan ketegasan hukum kerap tumpang tindih antara satu lembaga dengan lembaga lainnya.
“Ditambah dengan peran aparat penegak hukum (APH) yang overlap. Persoalan inilah yang mengganjal investor asing masuk dalam negeri,” tegasnya.
Lebih Nyaman di Luar Negeri
Sebelumnya, guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, Prof., Candra Fajri Ananda mengatakan hal serupa. Menurutnya investor butuh kepastian dan kenyamanan berinvestasi.
“Pengusaha itu hanya butuh uangnya kembali atau tidak, nggak selalu related dengan pertumbuhan ekonomi. Jika uangnya tidak ada kepastian, jelas memindahkan duitnya ke luar negeri,” tegasnya.
Meski demikian, Jawa Timur memiliki Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang cukup tinggi dari provinsi lain. ICOR merupakan indikator makro yang menggambarkan efisiensi perekonomian suatu daerah. Saat ini skor ICOR Jatim mencapai 4,6 sedangkan nasional 6,8. Semakin kecil angka menunjukkan kelayakan berinvestasi.