22.4 C
Malang
Senin, Februari 24, 2025
Tanggapan Resmi PP Muhammadiyah soal Fenomena Gua Safarwadi yang Diyakini Tembus ke...

Tanggapan Resmi PP Muhammadiyah soal Fenomena Gua Safarwadi yang Diyakini Tembus ke Makkah

Gua Safarwadi
Muhammadiyah menanggapi fenomena Gua Safardi.Muhammadiyah mendorong dakwah berbasis bayani (tekstual), burhani (rasional), dan irfani (spiritual) agar pemahaman keagamaan masyarakat tetap berlandaskan pada ajaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Foto:IST

MAKLUMAT Gua Safarwadi di Pamijahan, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi sorotan setelah viral disebut-sebut sebagai jalan menuju Makkah, Arab Saudi. Kepercayaan ini menarik banyak peziarah yang ingin menapaktilasi perjalanan Syeikh Abdul Muhyi, penyebar tarekat Syattariyah di Tanah Pasundan.

Gua sepanjang 284 meter ini memiliki dua pintu yang menghubungkan Kampung Pamijahan dan Kampung Panyalahan. Beberapa bagian dalam gua diyakini memiliki jalur mistis yang mengarah ke berbagai tempat, termasuk Cirebon, Banten, Surabaya, hingga Makkah.

Namun, sesepuh Pamijahan, KH. Endang Ajidin, menegaskan bahwa secara faktual gua ini tidak benar-benar menuju Makkah. “Lubang-lubang dalam gua hanyalah bagian dari cerita turun-temurun yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah,” ujarnya, dikutip dari CNN Indonesia.

Sebelumnya, salah satu lubang dalam gua ini sempat ditutup setelah seorang pemuka agama tersesat saat mencoba melewatinya. Kini, Gua Safarwadi tetap dibuka untuk keperluan ziarah, tetapi dengan larangan bagi peziarah memasuki lubang-lubang tertentu.

Menanggapi fenomena ini, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, menekankan pentingnya dakwah pencerahan agar masyarakat tidak mudah mempercayai hal-hal di luar nalar.

“Memang tempat yang dipercayai memiliki nilai spiritual sering dikaitkan dengan cerita-cerita di luar logika untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap situs tersebut,” kata Dadang diikutip dari laman Muhammadiyah.

Ia menambahkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap hal mistik masih kuat, sehingga cerita yang tidak rasional kerap diterima sebagai kebenaran. Oleh karena itu, Muhammadiyah mendorong dakwah berbasis bayani (tekstual), burhani (rasional), dan irfani (spiritual) agar pemahaman keagamaan masyarakat tetap berlandaskan pada ajaran yang dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu, Dadang menekankan pentingnya pendidikan berbasis penguatan nalar di sekolah-sekolah. Menurutnya, generasi mendatang perlu dibekali kemampuan membedakan antara yang realistis dan yang tidak.

Fenomena Gua Safarwadi menunjukkan bahwa tradisi dan kepercayaan masih memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan dakwah dan pendidikan yang berimbang agar spiritualitas tetap terjaga tanpa mengabaikan rasionalitas.

 

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer