
MAKLUMAT — Efisiensi anggaran bukan sekadar pemangkasan dana, melainkan strategi besar untuk menciptakan pemerintahan yang lebih efektif, inovatif, dan berorientasi pada hasil. Presiden Prabowo Subianto, melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025, mengambil keputusan strategis untuk menghemat Rp306,7 triliun di berbagai sektor, termasuk pendidikan dan riset.

Dua kementerian utama yang terdampak, yakni Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) serta Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), mengalami efisiensi masing-masing sebesar Rp8,035 triliun dan hingga Rp22,5 triliun.
Tentu, ketika ada pengurangan anggaran, selalu ada suara-suara skeptis yang mempertanyakan apakah kualitas pendidikan dan riset akan tergerus. Namun, mari kita lihat lebih dalam: apakah efisiensi ini benar-benar sebuah ancaman, atau justru langkah revolusioner yang selama ini kita butuhkan?
Dari Pemborosan ke Efisiensi: Langkah Berani untuk Masa Depan
Pendidikan dan riset adalah fondasi kemajuan bangsa. Tetapi, sudahkah kita menggunakan anggaran dengan bijak? Faktanya, sebelum kebijakan ini diterapkan, kita masih menyaksikan anggaran yang bocor dalam belanja birokrasi, perjalanan dinas yang tidak produktif, hingga pengadaan alat tulis kantor (ATK) yang tak lagi relevan di era digital.
Presiden Prabowo memahami bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan harus memberikan dampak maksimal. Itulah sebabnya, dalam kebijakan efisiensi ini:
• Belanja ATK di Kemendikdasmen dikurangi hingga 90%, karena administrasi kini sudah beralih ke sistem digital.
• Perjalanan dinas pejabat dan akademisi dipangkas, sehingga anggaran bisa dialokasikan ke kebutuhan yang lebih esensial, seperti kesejahteraan guru dan dosen.
• Dana riset diprioritaskan untuk penelitian yang lebih aplikatif dan berdampak nyata bagi industri dan masyarakat.
Inilah keputusan strategis yang membedakan Prabowo dari para pendahulunya: berani mengoreksi pola anggaran yang tidak efisien dan mengarahkannya ke hal-hal yang benar-benar produktif.
Tidak Ada yang Dikorbankan, Justru Semakin Kuat
Kebijakan ini sama sekali tidak memangkas hak-hak esensial para peserta didik, guru, maupun dosen. Program Indonesi Pintar (PIP ), Program beasiswa seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah tetap berjalan, begitu juga tunjangan bagi guru non-ASN. Bahkan, langkah ini justru membuka jalan bagi pengelolaan pendidikan yang lebih efisien dan modern.
Di sisi riset dan pendidikan tinggi, pengurangan anggaran bukan berarti kemunduran, melainkan dorongan untuk menjadi lebih inovatif dan mandiri. Negara-negara maju telah membuktikan bahwa efisiensi dalam riset tidak harus datang dari anggaran besar, tetapi dari pemanfaatan sumber daya yang lebih cerdas dan sinergi dengan industri.
Membangun Sistem Pendidikan yang Lebih Inovatif
Era baru pendidikan tidak lagi tentang seberapa besar anggaran yang digelontorkan, tetapi seberapa efektif sistem yang dibangun. Dengan efisiensi ini, kita justru akan melihat transformasi pendidikan yang lebih adaptif dan berbasis teknologi.
• Digitalisasi pembelajaran akan semakin dipercepat, mengurangi ketergantungan pada sistem konvensional yang boros biaya.
• Kolaborasi dengan industri akan diperkuat, sehingga dunia akademik tidak lagi terisolasi dari kebutuhan pasar kerja.
• Alokasi anggaran akan lebih transparan dan tepat sasaran, memastikan bahwa setiap dana benar-benar berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan.
Mendukung Keputusan Strategis Presiden Prabowo
Efisiensi anggaran ini bukan sekadar kebijakan teknokratis, tetapi keputusan strategis yang akan mengubah wajah pendidikan Indonesia. Presiden Prabowo tidak sekadar melakukan pemotongan anggaran, tetapi mengarahkan dana ke sektor yang benar-benar produktif dan berorientasi pada hasil.
Kita harus melihat ini sebagai kesempatan emas untuk mereformasi sistem pendidikan dan riset kita. Jika kita masih berpikir bahwa kemajuan hanya bisa dicapai dengan anggaran besar yang tidak terkendali, maka kita masih terjebak dalam paradigma lama. Dunia telah berubah, dan saatnya Indonesia mengikuti jejak negara-negara yang telah sukses dengan efisiensi dan inovasi.
Kita tidak butuh pendidikan yang mahal dan boros, tetapi pendidikan yang cerdas, efektif, dan benar-benar membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih maju.
Presiden Prabowo telah mengambil langkah berani. Kini, saatnya kita mendukung dan memastikan bahwa reformasi anggaran ini benar-benar membawa dampak positif bagi pendidikan, riset, dan masa depan bangsa.
*) Penulis adalah anggota LHKP PWM Jawa Timur