22.9 C
Malang
Senin, Februari 24, 2025
KilasKaderisasi Muhammadiyah Harus Relevan dan Kekinian, Sulthon Amien: “Kalau Sesuai Kebutuhan, Anak...

Kaderisasi Muhammadiyah Harus Relevan dan Kekinian, Sulthon Amien: “Kalau Sesuai Kebutuhan, Anak Muda Pasti Datang”

Sulthon Amien
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, M. Sulthon Amien, menekankan pentingnya pengembangan model kaderisasi yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman. Foto:Muhammad Habib Muzaki

MAKLUMAT — Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, M. Sulthon Amien, menekankan pentingnya pengembangan model kaderisasi yang lebih terstruktur, inovatif, dan adaptif.

Menurutnya, kaderisasi yang efektif menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan dan relevansi organisasi di tengah dinamika zaman.

“Kaderisasi tidak bisa berjalan secara alami saja. Harus ada desain yang mampu menjawab tantangan generasi muda saat ini. Kalau metodenya tidak menarik, sulit mengajak mereka terlibat,” ujar Sulthon Amien saat membuka Pelatihan Instruktur yang diselenggarakan Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PWM Jawa Timur di Balai Besar Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Timur, Rabu (21/2).

Ia menilai, Muhammadiyah sebagai organisasi yang telah berdiri lebih dari satu abad perlu terus beradaptasi. Desain pelatihan kader harus sejalan dengan perubahan pola pikir generasi muda yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

“Ini tugas MPKSDI, memastikan perkaderan kita terus berkembang sesuai kebutuhan organisasi dan minat kader. Kalau pola latihannya kaku, ya jangan heran kalau anak muda kurang tertarik,” imbuhnya.

Sulthon juga menyoroti pentingnya pendekatan kreatif, terutama di era disrupsi seperti sekarang. Ia mencontohkan masjid yang sering sepi dari kehadiran anak muda.

“Kenapa masjid sepi? Karena kita tidak memahami kebutuhan mereka. Kalau masjid dilengkapi dengan fasilitas yang relevan, anak muda pasti datang. Dari situ, baru kita arahkan ke kegiatan-kegiatan positif,” paparnya.

Di akhir sambutannya, Sulthon mengajak seluruh pengurus dan instruktur Muhammadiyah untuk terus meningkatkan kualitas pelatihan kader. Ia menegaskan bahwa menjadi instruktur memang tidak mudah, tetapi keterampilan tersebut dapat diasah dengan kesungguhan.

“Menjadi instruktur terbaik itu proses. Kalau kita mau belajar dan memahami kebutuhan kader, regenerasi pasti berjalan dengan baik,” tutupnya.

Penulis: Muhammad Habib Muzaki

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer