
MAKLUMAT — Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PP Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan, menekankan pentingnya penguatan perkaderan kultural sebagai bagian dari strategi memperluas basis jamaah Muhammadiyah.
Menurutnya, Muhammadiyah saat ini telah berkembang pesat, baik dari segi organisasi maupun bentuk gerakannya, sehingga menjadi semakin kompleks. Hal ini berimplikasi kepada orang-orang di Muhammadiyah akan disibukkan dengan rutinitas birokrasi.
“Sehingga perkaderan lebih banyak dilakukan di amal usaha, ortom, maupun institusi-institusi resmi lainnya di Muhammadiyah,” ujarnya saat diwawancarai oleh wartawan Maklumat.ID setelah mengisi acara Pelatihan Instruktur yang diselenggarakan oleh MPKSDI PWM Jawa Timur di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Timur, Surabaya (22/2/2025).
Gus Bachtiar, panggilan akrabnya, berpendapat bahwa ada kebutuhan mendesak untuk melakukan perkaderan kultural yang menyentuh masyarakat luas di luar institusi formal Muhammadiyah. Perkaderan kultural ini bertujuan untuk membina jamaah di tingkat akar rumput.
“Perkaderan kultural ini penting agar Muhammadiyah tidak hanya terfokus pada organisasi dan internalnya sendiri, tetapi juga semakin dekat dengan masyarakat,” tambahnya.
Gus Bachtiar menegaskan bahwa langkah ini perlu digalakkan bahkan dimasifkan agar dakwah Muhammadiyah semakin merangkul komunitas di luar struktur formal organisasi.
“Di Muhammadiyah, terdapat konsep dakwah kultural dan dakwah komunitas. Namun, kedua konsep ini harus diimbangi dengan langkah-langkah sistematis dalam sistem perkaderan. Jika tidak ditindaklanjuti, maka perkaderan tidak akan memiliki pijakan kuat di masyarakat,” jelasnya.
Ia mencontohkan agar perkaderan kultural dilakukan dengan pendekatan berbasis profesi, minat bakat, serta komunitas kultural lainnya yang berada di luar jangkauan struktur organisasi dan birokrasi. Dengan cara ini, kader Muhammadiyah dapat lebih fleksibel dan adaptif dalam menyebarkan nilai-nilai Islam dan gerakan persyarikatan kepada masyarakat luas.
“Perlu digalakkan bahkan dimasifkan. Karena Muhammadiyah jangan sibuk dengan organisasinya, dengan dirinya sendiri, tapi lupa jamaah di akar rumput,” tandas Gus Bachtiar.
_____
Penulis: Habib Muzaki | Editor: Ubay NA