
MAKLUMAT – Semangat menyambut Ramadan 1446 Hijriah membara di Kota Blitar. Lebih dari 3.000 peserta dari berbagai kalangan tumpah ruah dalam Pawai Gerakan Bersama Songsong Ramadan Mensyiarkan Agama Dekatkan Umat (Gema Soramadu), Selasa (25/2/2025). Muhammadiyah mengirimkan empat peleton dari PD Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, Aisyiyah, dan Nasyiatul Aisyiyah.
“Itu belum termasuk siswa-siswi dari SD, SMP, SMA, dan SMK. Kami menyambut baik kegiatan Gema Soramadu ini. Mari kita sambut Ramadan dengan penuh suka cita,” kata Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Blitar, Lukiarto, SKM, kepada Maklumat.ID seusai pawai.

Pawai ta’aruf Ramadan ini juga diramaikan oleh pegawai Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Blitar, Nahdlatul Ulama (NU), santri madrasah, pondok pesantren, serta lembaga pendidikan di bawah Dinas Pendidikan Kota Blitar.
Para aktivis Muhammadiyah Kota Blitar ini melebur berbaur menjadi satu bersama santri, kiai, ustaz, dan ustazah se-Kota Blitar. Acara dibuka dengan penampilan tari saman oleh siswa MTsN 2 Kota Blitar dan atraksi drumband dari beberapa Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Rute pawai dimulai dari Kantor Kemenag di Jalan Soekarno, bergerak ke utara, lalu berbelok ke barat di Jalan M. Hatta. Rombongan melanjutkan perjalanan ke selatan melewati Jalan Dr. Wahidin, melintasi Masjid Ar-Rohman, hingga tiba di Jalan Raya Anjasmoro.
Akhir perjalanan kembali ke titik start di Jalan Soekarno. Kepala Kemenag Kota Blitar, Mohammad Kanzul Fathon, S.Ag., M.Pd.I., menyampaikan harapannya agar Gema Soramadu menjadi ajang memperkuat sinergi umat. “Ini bukan sekadar pawai, tapi simbol kebersamaan kita dalam menyemarakkan syiar Islam di Kota Blitar,” ujarnya dalam sambutan.
Momentum Sederhana, Bukan Boros
Di tengah suasana pawai yang meriah, Lukiarto mengingatkan bahwa Ramadan seharusnya menjadi momentum untuk hidup sederhana, bukan ajang konsumsi berlebihan.
“Ramadan adalah waktu menahan diri, termasuk dalam pengeluaran. Dengan hidup sederhana, kita tidak hanya menabung pahala, tapi juga menabung harta,” pesannya.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya menjaga interaksi di dunia maya. “Media sosial sering jadi ladang perdebatan yang tidak sehat. Ramadan harus jadi waktu untuk menahan diri dari komentar negatif dan menyebarkan hal-hal yang lebih produktif,” tutupnya.