
MAKLUMAT — Sebuah video yang menampilkan Lalu Satria Malaca, seorang pemandu wisata di Murmansk, Rusia, tengah menjalankan ibadah puasa dengan durasi yang sangat singkat, ramai diperbincangkan di media sosial.
Dalam video tersebut, ia menunjukkan bahwa jeda antara waktu Subuh dan Magrib hanya berkisar satu jam, sehingga ibadah puasa yang dijalankan pun berlangsung kurang dari satu jam.
Fenomena ini dapat dijelaskan melalui ilmu geografi dan astronomi. Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Dr. Choirul Amin mengatakan bahwa perbedaan panjang waktu siang dan malam di berbagai belahan dunia berkaitan dengan rotasi bumi serta kemiringan sumbu bumi sebesar 23,5 derajat.
“Kemiringan ini menyebabkan perbedaan iklim dan sistem lingkungan yang dinamis di berbagai wilayah bumi,” ujar Choirul Amin melansir laman UMS, Ahad (16/3/2025).
Secara geografis, Indonesia terletak di garis khatulistiwa dengan durasi siang dan malam yang hampir sama, yaitu sekitar 12 jam masing-masing. Hal ini berbeda dengan negara-negara yang berada jauh dari garis khatulistiwa, seperti Rusia, yang mengalami perubahan ekstrem dalam durasi siang dan malam.
Rusia memiliki 11 zona waktu dan wilayahnya yang berdekatan dengan Kutub Utara menyebabkan variasi panjang siang dan malam yang signifikan. Pada musim panas, siang hari dapat berlangsung sangat lama, sementara di musim dingin, malam dapat mendominasi hampir sepanjang hari.
“Di beberapa daerah Rusia, pada musim panas, siangnya bisa mencapai 20 jam. Sebaliknya, di musim dingin, siang bisa sangat singkat atau bahkan tidak ada sama sekali,” jelas Choirul Amin.
Mekanisme ini terjadi karena pergerakan semu matahari yang bergeser antara belahan bumi utara dan selatan. Saat matahari lebih condong ke utara, wilayah seperti Rusia mengalami siang yang panjang. Sebaliknya, ketika matahari berada di belahan bumi selatan, malam di Rusia bisa jauh lebih lama dibandingkan siang.
Lalu, bagaimana umat Muslim menjalankan ibadah puasa di wilayah-wilayah dengan durasi siang dan malam yang ekstrem? Choirul Amin menjelaskan bahwa dalam kondisi seperti itu, umat Muslim dapat mengikuti waktu puasa berdasarkan lokasi terdekat yang memiliki siang dan malam normal, atau merujuk pada waktu puasa di Mekah sesuai pendapat beberapa ulama.
Dengan fenomena ini, umat Muslim di berbagai belahan dunia menjalankan ibadah puasa dengan durasi yang berbeda-beda, tergantung pada lokasi geografis masing-masing. Namun, prinsip utama tetap dipegang, yakni menyesuaikan dengan aturan yang telah ditetapkan agar ibadah tetap dapat dijalankan dengan baik.***