
MAKLUMAT — Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyebut sebagian siswa jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng, Bali, yang belum mampu membaca, mengalami disleksia. Selain itu, sejumlah siswa juga berasal dari latar belakang keluarga yang kurang mendapat perhatian optimal, serta memiliki motivasi belajar yang rendah.
“Sebagian dari anak-anak memang mengalami disleksia, juga anak-anak berkebutuhan khusus, dan anak-anak dari keluarga yang kurang mendapatkan perhatian dengan baik. Sebagian juga karena motivasi belajar yang rendah,” ujar Mu’ti kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/4/2025).
Kementerian telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng untuk menindaklanjuti temuan tersebut. Menurut Mu’ti, dinas terkait telah memberikan pendampingan kepada siswa yang mengalami keterbatasan, baik secara kondisi maupun kemampuan, dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi mereka.
Sebelumnya, Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng bersama Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) setempat mencatat lebih dari 400 siswa SMP di sembilan kecamatan belum mampu membaca dan mengeja dengan baik. Beberapa di antaranya bahkan belum bisa membaca sama sekali.
Data tersebut dihimpun dari laporan kepala sekolah di bawah naungan dinas. Pihak dewan menilai jumlah siswa yang bermasalah dalam membaca masih bisa bertambah karena belum mencakup data dari madrasah.
Disleksia merupakan gangguan belajar yang menyebabkan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Gangguan ini tidak berkaitan dengan tingkat kecerdasan. Banyak penyandang disleksia memiliki kecerdasan normal bahkan di atas rata-rata.