
MAKLUMAT — Beras organik hasil produksi para petani yang tergabung dalam Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam) Bojonegoro, berhasil lolos uji laboratorium yang dilakukan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, Selasa (22/4/2025).
Beras yang diproduksi dengan menerapkan metode pertanian biosaka itu, dinyatakan aman dan bebas dari residu bahan kimia berbahaya.
Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PDM Bojonegoro, Moch Choirul Anam, menyambut positif hasil uji laboratorium tersebut. Ia menegaskan kesiapan pihaknya untuk membantu pemasaran hasil panen para petani Jatam, baik dalam bentuk gabah maupun beras.
Dukungan tersebut diharapkan dapat memperluas pasar dan menjangkau konsumen yang semakin peduli terhadap konsumsi pangan sehat.
“Ini adalah capaian penting bagi pertanian Muhammadiyah. MPM Bojonegoro akan terus mendampingi petani agar hasil panen organik ini dapat diterima di pasar yang lebih luas, terutama menjelang musim panen kedua,” ujarnya dalam rilis yang diterima Maklumat.ID, Rabu (23/4/2025).
Di sisi lain, Tenaga Ahli Jatam Bojonegoro, Suwarto, menandaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya dan mendukung para petani untuk mengembalikan kesuburan tanah melalui penggunaan pupuk organik. Hal itu sebagai komitmen dan langkah untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian secara ramah lingkungan.
“Kami berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian dengan cara yang ramah lingkungan, guna mencapai pertanian yang berkelanjutan,” sebutnya.
Sementara itu, salah seorang petani anggota Jatam Bojonegoro, Abdul Rohim, tampak sumringah menyambut hasil uji laboratorium tersebut. “Alhamdulillah, hasil uji lab beras biosaka sudah keluar dan sangat memuaskan. Beras ini aman untuk dikonsumsi, Insya Allah beras yang sehat dan menyehatkan,” ucapnya.
Hasil Uji Laboratorium

Diketahui, dalam uji laboratorium tersebut, sebanyak lima sampel beras yang diambil dari berbagai titik penggilingan di wilayah Kanor, Sukosewu, Kedungadem, serta Sumberejo, yang menunjukkan hasil sangat memuaskan.
Semua sampel beras dinyatakan negatif dari residu pestisida, dan kandungan bahan pemutih (klorin) terdeteksi di bawah ambang batas aman, yakni kurang dari 0,1 mg/kg.
Keberhasilan uji laboratorium tersebut juga semakin memperkuat keyakinan bahwa metode biosaka yang diterapkan oleh para petani Jatam Bojonegoro mampu menghasilkan produk pangan yang sehat, alami, dan aman untuk dikonsumsi.
Selain itu, penggunaan metode itu juga mendukung keberlanjutan lingkungan, dengan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia dan memaksimalkan penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan kualitas tanah.
Dengan komitmen untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida, serta menghemat hingga 50 persen penggunaan pupuk kimia (pukim), beras biosaka yang dihasilkan petani Jatam Bojonegoro akan menjadi pilihan yang tepat bagi konsumsi sehat masyarakat.
Inisiatif tersebut juga diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan lokal sebagaimana dicanangkan oleh pemerintah, sekaligus mendorong pertanian yang lebih ramah lingkungan.