Samiyem, Menjawab Stigma lewat Kepemimpinan dan Inovasi

Samiyem, Menjawab Stigma lewat Kepemimpinan dan Inovasi

MAKLUMAT — Suara perempuan tak selalu lantang terdengar dalam ruang-ruang aktivisme kampus. Namun, di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, seorang mahasiswi bernama Samiyem membalik pandangan itu. Ia menjadi ketua perempuan pertama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di fakultas yang selama ini kerap dipimpin oleh laki-laki.

Terpilih pada awal 2024, langkah Samy, begitu ia akrab disapa, bukan tanpa tantangan. Di awal pencalonan, ia mendengar berbagai penolakan halus maupun terbuka atas pencalonannya. “Ada yang bilang regenerasinya aneh karena perempuan yang jadi ketua,” ujar Samiyem dilansir laman UMS, Ahad (4/5/2025).

Namun, alih-alih surut, Samy menjadikan cemoohan itu sebagai pemantik. Ia ingin membuktikan bahwa perempuan pun mampu memimpin dan membawa perubahan. “Kalau ketuanya selalu laki-laki, lalu siapa yang menunjukkan bahwa aktivisme juga bisa dilakukan perempuan?” kata gadis yang akrab disapa Samy ini.

Samy kini tak hanya memimpin komisariat IMM di Fakultas Ilmu Kesehatan. Ia juga membawa nama Muhammadiyah dan IMM ke tingkat internasional. Pada awal 2025, Samy menjadi salah satu delegasi dalam program pertukaran pelajar JENESYS di Jepang. Di sana, ia memperkenalkan IMM sebagai bagian dari keluarga besar Muhammadiyah kepada peserta dari berbagai negara.

Mengenalkan Muhammadiyah di Jepang

Pengalaman mengikuti JENESYS menjadi titik penting dalam perjalanannya. Ia tinggal bersama keluarga lokal Jepang, belajar budaya setempat, dan mempresentasikan wajah Islam yang ramah melalui narasi tentang Muhammadiyah dan IMM.

Baca Lainnya  Mengenal Slamet Budiarto, Aktivis Muhammadiyah yang Jadi Ketua Umum PB IDI

“Waktu berbagi tentang Islam, saya juga menyampaikan bahwa IMM itu bagian dari Muhammadiyah. Saya sebut IMM sebagai ‘anak’ Muhammadiyah agar lebih mudah dipahami,” tutur Samy.

Perjalanan ke Jepang itu menegaskan keyakinannya bahwa perempuan tidak hanya bisa memimpin di dalam negeri, tetapi juga menjadi duta nilai-nilai Islam dan kebangsaan di kancah global.

Lahir di Serang, Banten, 14 Mei 2004, Samy tumbuh dari keluarga sederhana. Sejak kecil, ia terbiasa multitugas dan mengikuti berbagai lomba, mulai dari catur hingga membuat komik.

Saat bersekolah di SMK Muhammadiyah Cilegon, ia aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Pada 2020, ia menjabat sebagai ketua bidang pengkajian ilmu pengetahuan, lalu menjadi sekretaris umum. Setahun kemudian, ia memimpin bidang Ipmawati di tingkat daerah, fokus pada pemberdayaan pelajar perempuan.

Maraknya kasus perundungan terhadap pelajar perempuan di wilayahnya mendorongnya mendirikan rumah advokasi. Ruang ini ia ciptakan sebagai tempat aman untuk pelajar perempuan korban bullying. “Kami ingin ada tempat yang bisa dengarkan mereka tanpa menghakimi,” ujarnya.

Jalan Panjang di Dunia Organisasi

Saat melanjutkan studi ke UMS tahun 2022 di Prodi Fisioterapi, Samy tak berhenti aktif. Ia bergabung dengan berbagai organisasi, mulai dari Hizbul Wathan hingga Lembaga Pers Mahasiswa. Tahun berikutnya, ia masuk IMM dan akhirnya dipercaya memimpin komisariat di fakultasnya.

Mengelola waktu menjadi tantangan besar. Namun, ia mengaku telah terbiasa sejak masa sekolah dasar. “Dulu, sekolah pagi, siang ikut ekskul, malam belajar. Itu terus berlanjut sampai sekarang,” katanya.

Baca Lainnya  Gelar Musyda ke-III, Sarto Terpilih Jadi Ketua Fokal IMM Ponorogo

Komitmen Samy pada pendidikan dan inovasi juga membuahkan hasil. Sejumlah penghargaan berhasil ia raih, di antaranya medali emas International Competition Five Minutes Thesis 2023, medali perunggu Mars 11 Southeast Asia Paper Competition 2023, dan medali emas International STEM Innovation Competition 2024.

Dalam ajang World Competition and Exhibition 2024 di Malaysia, Samy memperkenalkan dua karyanya: aplikasi Distrophis dan alat latihan pasca-stroke. Aplikasi itu ditujukan untuk pasien stroke dan tenaga medis, berisi video edukasi dan rekam medis digital. Sementara alat bantu pasca-stroke dibuat dari bahan sederhana seperti bola tenis dan rumput sintetis untuk melatih motorik pasien.

Keduanya mengantarkannya meraih medali emas dan perak dalam kompetisi tersebut.

Mendorong Perempuan untuk Terus Belajar

Di balik kesibukannya, Samy tetap menempatkan pendidikan sebagai prioritas. Ia menolak anggapan bahwa perempuan tak perlu berpendidikan tinggi. “Saya percaya, perempuan harus berilmu. Ilmu itu bekal untuk mendidik generasi berikutnya,” katanya.

Didukung penuh oleh orang tua, ia memilih Prodi Fisioterapi karena ingin membantu anak-anak. “Saya suka dunia anak-anak, dan di prodi ini ada pembelajaran tentang fisioterapi pediatrik,” ujarnya. Atas dedikasinya, Samy dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi kedua di antara seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) tahun 2025.

Meski telah banyak capaian diraih, Samy tidak berpuas diri. Ia percaya ruang pengabdian perempuan di dunia aktivisme masih sangat luas. Kepemimpinannya menjadi bukti bahwa gender bukan penghalang untuk mengabdi dan membawa perubahan.***

Baca Lainnya  Terjun ke Politik Jadi Bagian dari Mengambil Peran Syiar Muhammadiyah
*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *