DARURAT KEMANUSIAAN: Jalur Gaza Terancam Kelaparan Massal, Seluruh Populasi Hadapi Krisis Pangan Akut

DARURAT KEMANUSIAAN: Jalur Gaza Terancam Kelaparan Massal, Seluruh Populasi Hadapi Krisis Pangan Akut

MAKLUMAT– DARURAT KEMANUSIAAN.  Krisis di Jalur Gaza kian memburuk setelah blokade Israel selama lebih dari 60 hari terus menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan dan pasokan komersial. Situasi ini mendorong penderitaan anak-anak Palestina di Gaza ke titik paling genting dalam sejarah konflik.

Sembilan belas bulan setelah konflik meletus, Jalur Gaza kini berada di ambang bencana kelaparan. Lebih dari 60 hari telah berlalu sejak semua bantuan kemanusiaan dan pasokan komersial diblokir masuk ke wilayah tersebut. Barang-barang esensial untuk kelangsungan hidup jutaan orang telah habis atau diperkirakan akan habis dalam beberapa minggu mendatang.

Sejak blokade bantuan dimulai pada 2 Maret 2025, setidaknya 57 anak-anak Palestina dilaporkan meninggal dunia akibat dampak kekurangan gizi, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Angka ini diperkirakan masih di bawah kenyataan lapangan dan kemungkinan besar akan terus bertambah. Jika kondisi ini tidak segera berubah, hampir 71.000 anak di bawah usia lima tahun berisiko mengalami kekurangan gizi akut selama sebelas bulan ke depan, sebagaimana dipaparkan dalam laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC).

Berdasarkan klasifikasi IPC dikutip pada Rabu (14/5/2025), dari 11 Mei hingga akhir September 2025, seluruh Jalur Gaza diperkirakan masuk dalam status Keadaan Darurat (IPC Fase 4). Seluruh penduduk berada dalam situasi Krisis atau lebih buruk (IPC Fase 3 ke atas), mencerminkan lonjakan kerawanan pangan yang ekstrem.

Baca Lainnya  Kementerian BUMN dan PKP Bakal Bangun Hunian Layak di Lahan KAI Manggarai, Kiaracondong, dan Gubeng

Dari total populasi:

  • 470.000 orang (22%) berada dalam kategori Bencana (IPC Fase 5),

  • 1 juta lebih orang (54%) berada dalam status Darurat (IPC Fase 4), dan

  • 500.000 orang (24%) lainnya menghadapi Krisis (IPC Fase 3).

Situasi ini menandai kemunduran signifikan dari analisis IPC sebelumnya pada Oktober 2024, serta memburuknya kondisi yang tercatat antara 1 April hingga 10 Mei 2025, di mana 93 persen penduduk sudah tergolong dalam kondisi krisis atau lebih parah.

Pada periode itu, 1,95 juta orang diklasifikasikan dalam IPC Fase 3 ke atas, termasuk:

  • 244.000 orang (12%) dalam kondisi Bencana (IPC Fase 5), dan

  • 925.000 orang (44%) dalam status Darurat (IPC Fase 4).

Krisis kemanusiaan ini diperparah oleh perluasan operasi militer di seluruh wilayah, keterbatasan akses lembaga kemanusiaan ke wilayah terdampak, eskalasi permusuhan yang terus meningkat, serta perpindahan massal yang tak kunjung reda. Dengan situasi tersebut, risiko terjadinya kelaparan massal bukan hanya menjadi kemungkinan, tetapi kian mendekati kenyataan.

PBB dan lembaga-lembaga internasional kembali menyerukan dibukanya akses kemanusiaan tanpa hambatan serta penghentian permusuhan demi menyelamatkan jutaan nyawa yang kini terancam.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *