Haji 2025: Ujian Fisik di Bawah Terik 50°C, Jemaah Diimbau Waspada dan Siapkan Diri

Haji 2025: Ujian Fisik di Bawah Terik 50°C, Jemaah Diimbau Waspada dan Siapkan Diri

MAKLUMAT Ibadah haji 2025 diperkirakan menjadi salah satu yang paling menantang secara fisik dalam beberapa dekade terakhir. Cuaca ekstrem dengan suhu indeks panas yang diprediksi melebihi 50 derajat Celsius menjadi perhatian utama otoritas kesehatan dan penyelenggara haji.

Puncak pelaksanaan wukuf di Arafah pada 5 Juni 2025 diprediksi berlangsung di bawah suhu paling tinggi, dengan suhu siang hari mencapai 43°C dan indeks panas hingga 51°C. Kondisi ini seperti dilansir laman the islamic information, dikhawatirkan dapat memicu gangguan kesehatan, terutama bagi jemaah lanjut usia dan mereka yang memiliki riwayat penyakit bawaan.

Prakiraan Suhu Lokasi-Lokasi Utama Haji:

Lokasi Tanggal Suhu Siang Indeks Panas
Makkah 3 Juni, 6–9 Juni 41–42°C 47–50°C
Mina 4 Juni, 6–9 Juni 41–42°C 47–50°C
Arafat 5 Juni 43°C 48–51°C
Muzdalifah Malam 5 Juni 41,8°C 46–49°C

Kondisi ini menjadi perhatian serius karena jamaah diperkirakan akan berada di luar ruangan selama berjam-jam, terutama pada puncak siang hari yang panas menyengat.

Kepala BPOM: Suhu 50°C di Atas Batas Toleransi Tubuh

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang juga anggota Amirulhaj, Taruna Ikrar, mengimbau seluruh jemaah haji asal Indonesia untuk menjaga kesehatan di tengah cuaca ekstrem tersebut.

“Suhu bisa tembus 50 derajat. Padahal tubuh kita umumnya hanya mampu bertahan sampai 40 derajat. Lebih dari itu, risiko heat stroke meningkat tajam,” ujar Taruna seperti dilansir laman Kemenag, Sabtu (31/5/2025).

Baca Juga  Tren Baru di Arab Saudi: Anak Muda Dampingi Orang Tua Tunaikan Ibadah Haji

Meski demikian, ia tetap optimistis ibadah haji bisa berjalan lancar asalkan jemaah disiplin menjaga kondisi tubuh. Taruna membagikan tiga kunci utama untuk mencegah serangan panas:

  1. Perbanyak Minum Air. “Baik air mineral maupun air zamzam. Cairan tubuh penting untuk menstabilkan suhu saat pembuluh darah melebar karena panas,” jelasnya.

  2. Kenali Sinyal Tubuh. Jika mulai pusing, lemas, atau mual, segera berteduh. “Beri waktu tubuh untuk pulih. Jangan dipaksakan,” pesannya.

  3. Utamakan Aktivitas Malam Hari. “Khusus bagi yang punya riwayat heat stroke, sebaiknya lakukan aktivitas utama saat malam saat suhu lebih rendah,” imbaunya.

Taruna juga menjelaskan langkah cepat jika ada jemaah yang mengalami gejala heat stroke:

“Baringkan di tempat sejuk, beri udara segar. Kalau masih sadar, beri minum air. Pijat punggung atau kaki secara lembut, dan kompres dengan air dingin.”

Menurutnya, cuaca panas bukan alasan untuk berhenti beribadah. “Dengan pola hidup sehat dan saling menjaga, insya Allah jemaah bisa menunaikan ibadah haji dengan aman dan khusyuk,” tutupnya.

Antisipasi dan Langkah Tanggap Darurat

Untuk mengantisipasi kondisi cuaca ekstrem ini, pihak berwenang telah menyiapkan:

  • Unit pendingin bergerak dan kipas kabut di area padat seperti Mina, Arafat, dan Muzdalifah.

  • Penambahan pos kesehatan dan tenda darurat.

  • Mobilisasi ribuan tenaga medis dan relawan guna menangani kasus-kasus terkait serangan panas.

Imbauan Resmi untuk Jemaah

Kementerian Kesehatan dan penyelenggara haji menyerukan kepada seluruh jemaah untuk mengikuti protokol keselamatan berikut:

  • Perbanyak minum air, bahkan saat tidak merasa haus.

  • Gunakan payung atau topi, hindari paparan langsung sinar matahari.

  • Jangan beraktivitas di luar ruangan saat tengah hari, terutama pukul 11.00–15.00.

  • Kenakan pakaian ihram yang ringan dan longgar.

  • Beristirahatlah di tempat teduh atau ber-AC sebisa mungkin.

  • Kenali gejala heatstroke, seperti pusing, mual, sakit kepala, dan kebingungan.

  • Bantu jemaah yang rentan, terutama lansia dan mereka dengan penyakit bawaan.

Baca Juga  Prabowo, Donald Trump, dan Masa Depan Dunia

Catatan Sejarah: Tragedi yang Terulang?

Panas ekstrem bukan hal baru dalam sejarah haji. Pada 1980-an dan 2015, kombinasi suhu tinggi, kerumunan besar, dan kurangnya kesiapan menyebabkan ratusan korban jiwa.

Dengan suhu yang diperkirakan “terasa” melampaui 50°C, haji tahun ini bukan sekadar ibadah spiritual, tapi juga ujian ketahanan fisik. Pemerintah Indonesia dan negara-negara pengirim jemaah diimbau memperkuat edukasi dan mitigasi sejak sebelum keberangkatan

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *