MAKLUMAT — Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Muhammad Mirdasy, menyampaikan sejumlah pesan dan catatan penting dalam momentum Hari Kelahiran Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni.
Mulanya, Mirdasy menjelaskan bahwa tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Kelahiran Pancasila adalah berdasarkan pidato Ir Soekarno (Bung Karno), yang menyampaikan rumusan awal Pancasila dalam sidang BPUPKI kala itu.
“Penting diketahui bahwa pada tanggal 1 Juni ini sebenarnya baru merupakan statement atau pidato Ir Soekarno dalam sidang BPUPKI, dan ini merupakan awal dari sebuah rumusan tentang dasar negara, dan Pancasila lahir dari suatu pergulatan yang sangat panjang, karena kemudian baru diputuskan pada tanggal 18 Agustus 1945,” ungkapnya kepada Maklumat.ID, Ahad (1/6/2025).
Sebab itu, ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk membangun dan terus memupuk kesadaran bersama, bahwa Pancasila adalah ideologi dan dasar negara yang tidak tercipta begitu saja secara instan.
Pancasila, kata Mirdasy, tercipta dari perdebatan panjang tentang filosofi bernegara dari para pendiri republik ini. “Ingat, bahwasannya rumusan Pancasila yang disampaikan Ir Soekarno itu mengalami perubahan dan banyak perdebatan, dan para tokoh yang lain juga memberikan masukan-masukan yang luar biasa besar,” katanya.
Konsensus dan Rumusan yang Komprehensif
Karena itu, Mirdasy menegaskan bahwa Pancasila adalah suatu konsensus dan rumusan yang komprehensif, yang penuh dengan pemikiran dari berbagai pihak yang berasal dari latar belakang yang sangat beragam.
“Tidak hanya perbedaan dari sisi agama, tapi juga unsur latar belakang suku, budaya, dan sebagainya, yang merupakan kekayaan khazanah Indonesia,” sorot pria yang juga menjabat Ketua PW Parmusi Jawa Timur itu.
Mirdasy menilai, Pancasila adalah suatu filosofi berbangsa dan bernegara yang tumbuh serta berkembang dari berbagai macam unsur yang berbeda di Indonesia.
“Pancasila menjadi sesuatu yang luar biasa, karena tidak dirumuskan oleh satu orang saja, tetapi oleh banyak orang dan berbagai macam pikiran yang berkembang saat itu, dan ternyata sangat relevan hingga hari ini, dan insya Allah sampai masa depan,” tandasnya.
Tiga Catatan Penting
Lebih lanjut, Mirdasy memberikan tiga catatan penting yang harus diperhatikan, terlebih dalam momentum memeringati Hari Kelahiran Pancasila setiap tanggal 1 Juni.
Pertama, bagaimana seluruh elemen bangsa untuk terus memahami, melanggengkan, dan mampu merefleksikan gagasan-gagsan yang termaktub dalam Pancasila, yang telah dirumuskan oleh para founding fathers republik ini.
“Bagaimana kita bisa memahami filosofi-filosofi yang berkembang saat itu, yang ternyata cocok untuk Indonesia ke depan?” sebutnya.
“Barangkali hari ini perdebatan-perdebatan mengenai Pancasila sebagai dasar negara sudah tidak lagi layak untuk kita perdebatkan setelah Indonesia merdeka lebih dari 78 tahun, dan oleh karena itu gagasan-gagasan yang ada bagaimana untuk terus kita kembangkan,” sambung Mirdasy.
Kedua, menurut Mirdasy, Pancasila sangat unggul dari sisi konsep dan rumusan. Namun, keunggulan tersebut harus kemudian dibuktikan dan diimplementasi dari amal perbuatan para anak bangsa.
“Harus kemudian ikut menunjukkan kehebatan Pancasila sebagai sebuah tidak hanya dasar negara, tetapi juga sebagai sebuah landasan dalam berbagai hal,” tegasnya.
Ketiga, Mirdasy mengingatkan bahwa memeringati Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni setiap tahun, harus dimaknai dan direfleksikan bersama oleh para anak bangsa. Gagasan-gagasan dan pemikiran apa yang menjadi perdebatan saat itu, hingga bagaimana kita bisa menyikapi dan menerima segala perbedaan itu dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa saat ini.
“Tidak hanya kebhinekaan, itu adalah kelebihan Indonesia. Lebih dari pada itu, sebuah perbedaan itu adalah kekayaan khas Indonesia untuk menjadikan bangsa ini semakin unggul,” terangnya.
Tantangan Besar yang Harus Dihadapi
Tak hanya itu, Mirdasy juga menyebut bahwa republik ini tengah menghadapi tantangan yang berat. Ia menyorot soal masih tingginya angka korupsi di Indonesia, ketimpangan sosial yang semakin nyata, hingga berbagai kesengsaraan yang dialami rakyat.
Selain itu, ia juga menyoroti bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam (SDA) Indonesia, yang hingga saat ini belum sepenuhnya dinikmati sepenuhnya oleh para anak bangsa dan hanya dikuasai oleh segelintir kelompok saja.
“Hari ini bisa jadi Bung Karno beserta para perumus Pancasila lainnya, sedang menangisi republik ini. Karena republik ini sedang menghadapi tantangan yang luar biasa, jika saat itu tantangannya adalah para penjajah, hari ini tantangannya justru adalah dari para anak bangsa sendiri,” ungkapnya.
Mirdasy menegaskan bahwa tantangan tersebut harus dijawab oleh seluruh elemen bangsa, khususnya dimulai dari keteladanan dan kepemimpinan para elit dan pemimpin bangsa ini.
“Jika dulu yang menjawab untuk merumuskan Pancasila adalah para pendiri bangsa, maka hari ini yang menjawab tantangan-tantangan atas Pancasila tentunya haruslah diawali oleh para pemimpin republik ini,” sorotnya.
Ia berharap, sikap, kebijakan, hingga program-program yang dijalankan oleh para pemimpin bangsa ini dapat membawa Indonesia ke depan menjadi lebih baik, serta rakyatnya semakin makmur dan sejahtera.
“Untuk mampu merumuskan Indonesia yang jauh lebih sejahtera, jauh lebih baik, jauh lebih makmur, sebagaimana gagasan para pendahulu, baik itu Bung Karno, Ki Bagus Hadikusumo, Agus Salim, dan para tokoh lain, yang menjadi bagian penting dari berdirinya republik ini, atas dasar negara kebhinekaan, negara yang penuh dengan corak dan warna keberagaman suku dan bangsanya,” pungkas Mirdasy.