Pasukan Israel Tembaki Warga yang Kelaparan di Gaza, 31 Orang Tewas

Pasukan Israel Tembaki Warga yang Kelaparan di Gaza, 31 Orang Tewas

MAKLUMAT– Pasukan Israel dilaporkan menembaki kerumunan warga Gaza yang kelaparan saat menanti bantuan, menewaskan sedikitnya 31 orang dan melukai puluhan lainnya, Ahad (1/6/2025).

Rumah sakit lapangan Palang Merah dan sejumlah saksi mata mengungkapkan, pasukan Israel diduga menembaki kerumunan massa yang berkumpul sebelum fajar. Militer Israel belum memberikan tanggapan resmi atas insiden ini.

Dalam keterangan resminya, pihak yayasan menyatakan bahwa distribusi bantuan yang dilakukan Ahad pagi berlangsung “tanpa insiden.” Mereka juga membantah adanya kekacauan maupun tembakan di sekitar lokasi distribusi yang berada di zona militer Israel, wilayah yang aksesnya sangat terbatas bagi pihak independen.

Kerusuhan Iringi Distribusi Bantuan

Sistem distribusi bantuan baru yang diterapkan Yayasan Kemanusiaan Gaza kini berada dalam sorotan tajam. Sebelumnya, menurut pejabat kesehatan setempat, enam orang tewas dan lebih dari 50 orang luka-luka dalam insiden serupa di titik distribusi yang sama.

Saksi mata menyebut, ribuan warga sudah berkumpul sejak dini hari di sekitar Bundaran Bendera, menunggu lokasi dibuka. Mereka mengatakan bahwa pasukan Israel sempat memerintahkan warga untuk membubarkan diri dan kembali lagi nanti. Namun, tak lama setelahnya, suara tembakan terdengar dari berbagai arah.

“Ada tembakan dari segala arah – dari kapal perang, tank, dan drone,” kata Amr Abu Teiba, salah satu saksi yang berada di lokasi seperti dilaporkan Arab News. Ia mengaku melihat lebih dari sepuluh jenazah serta puluhan orang yang terluka, termasuk perempuan.

Baca Juga  Pemimpin Hamas Yahya Sinwar, 'Dead Man Walking' yang Disebut Tewas Akibat Tembakan Tank Israel

Menurutnya, para korban dievakuasi menggunakan kereta dorong menuju rumah sakit lapangan. “Pemandangannya sungguh mengerikan,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Ibrahim Abu Saoud. Ia mengatakan bahwa tembakan terdengar dari jarak sekitar 300 meter. “Saya melihat seorang pemuda tertembak dan tewas di tempat. Kami tidak bisa menolongnya,” kata dia.

Mohammed Abu Teaima (33) juga menjadi saksi jatuhnya korban jiwa dalam insiden ini. Ia mengatakan bahwa sepupunya tertembak di dada dan meninggal saat hendak menuju lokasi bantuan. “Mereka menembaki kami dengan brutal,” ujar dia sambil menunggu kabar kerabatnya yang terluka di luar rumah sakit lapangan Palang Merah.

Sistem Bantuan Dikritik Tajam

Sistem distribusi bantuan yang diterapkan Israel bersama Amerika Serikat menuai banyak kritik. Sistem ini diklaim sebagai cara untuk mencegah penyalahgunaan bantuan oleh Hamas. Namun hingga kini, Israel belum memberikan bukti konkret mengenai dugaan penyelewengan bantuan secara sistematis. Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membantah tudingan tersebut.

Badan-badan PBB dan organisasi kemanusiaan besar memilih tidak terlibat dalam sistem ini. Mereka menilai mekanisme yang dikelola sepenuhnya oleh Israel tersebut melanggar prinsip dasar kemanusiaan, sebab mengatur siapa yang boleh menerima bantuan dan memaksa warga untuk berpindah ke lokasi distribusi tertentu. Hal ini dikhawatirkan memperparah krisis pengungsian yang sudah melanda wilayah tersebut.

PBB juga mengalami kesulitan besar dalam menyalurkan bantuan karena ketatnya blokade Israel, pelanggaran hukum yang terjadi di lapangan, serta aksi penjarahan yang semakin meluas. Saat ini, hampir seluruh warga Gaza, sekitar 2 juta jiwa, menggantungkan hidup dari bantuan kemanusiaan.

Baca Juga  Setahun Konflik Gaza (2): Kebrutalan Zionis Israel Serang Kamp Pengungsi Hingga Sekolah

Risiko Kelaparan Semakin Nyata

Para ahli memperingatkan bahwa jika kondisi distribusi bantuan tidak segera membaik, Gaza berpotensi mengalami kelaparan massal. Situasi ini makin diperparah oleh perang yang berkecamuk sejak 7 Oktober 2023, ketika militan Hamas menyerang Israel selatan dan menewaskan sekitar 1.200 orang serta menculik 251 lainnya.

Balasan dari Israel lewat kampanye militer besar-besaran telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Sekitar 90 persen penduduk telah mengungsi, dan infrastruktur wilayah tersebut porak poranda.

Kini, dengan kondisi lapangan yang tidak kondusif, ditambah sistem bantuan yang terus dipertanyakan keefektivitasannya, nasib rakyat Gaza semakin terpuruk dan mengkhawatirkan.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *