Lautan Doa di Arafah: Puncak Haji dan Haru jemaah dari Seluruh Dunia

Lautan Doa di Arafah: Puncak Haji dan Haru jemaah dari Seluruh Dunia

MAKLUMAT — Kamis ini (5/5/2025), Jabal Rahmah dan Gunung Arafah menjadi saksi lautan manusia yang berdoa dalam khidmat, menandai puncak pelaksanaan ibadah haji 1446 H/2025, di mana jutaan jemaah dari berbagai penjuru dunia berkumpul sejak dini hari, memenuhi area dataran dan bukit tempat Nabi Muhammad menyampaikan khutbah perpisahan lebih dari 14 abad silam.

Meski suhu di Padang Arafah melampaui 40°C, para jemaah tetap khusyuk beribadah, mengenakan pakaian ihram putih yang menandakan kesetaraan di hadapan Allah. Banyak yang membawa payung warna-warni sebagai pelindung dari terik matahari, sementara kipas kabut buatan dan unit pendingin tersebar di area gunung untuk meredam panas yang menyengat.

“Saya merasa sangat diberkati,” ujar Ali (33), jemaah asal Pakistan yang telah menunggu tiga tahun untuk bisa menunaikan haji, dilansir ArabNews, Kamis (5/5/2025). Ia menatap penuh haru ke arah Gunung Arafah, menyadari mimpinya kini menjadi nyata.

Pihak otoritas Saudi sebelumnya telah mengimbau jemaah untuk tetap berada di dalam tenda antara pukul 10.00 hingga 16.00 waktu setempat, guna menghindari paparan ekstrem matahari gurun. Infrastruktur haji tahun ini juga ditingkatkan secara besar-besaran. Sekitar 250.000 petugas dan lebih dari 40 lembaga negara dikerahkan. Termasuk di antaranya perluasan area teduh hingga 50.000 meter persegi dan penyediaan lebih dari 400 unit pendingin udara serta ribuan personel medis.

Baca Juga  Kader IMM Unesa Jadi Runner Up Kompetisi Inovasi Sains Internasional

Adel Ismail (54) dari Suriah, memilih datang lebih awal ke Arafah. “Saya ingin menghindari teriknya matahari. Nanti saya akan kembali ke tenda dan berdoa di sana,” tuturnya.

Bagi banyak jemaah, momen di Arafah bukan sekadar ritual, melainkan puncak spiritual dari perjalanan panjang yang penuh harap. Seperti dirasakan Iman Abdel Khaleq, jemaah wanita asal Mesir yang telah menunggu selama satu dekade untuk berhaji. “Ini mimpi besar saya yang akhirnya tercapai,” ucapnya sambil menitikkan air mata di kaki Jabal Rahmah.

Setelah matahari terbenam, para jemaah akan bergerak menuju Muzdalifah, tempat mereka mengumpulkan kerikil untuk ritual lempar jumrah di Mina keesokan harinya. Perjalanan spiritual ini belum selesai, namun hari di Arafah—hari yang dijuluki sebagai “Hari Haji”—adalah momen sakral yang diyakini sebagai saat pengampunan dan rahmat terbesar dari Allah.

Di tengah suhu ekstrem dan tantangan logistik, semangat jemaah tidak surut. Gunung Arafah, seperti setiap tahunnya, kembali menjadi tempat pertemuan umat Islam dunia—dalam kesederhanaan, kesetaraan, dan kesungguhan doa.

*) Penulis: Ubay NA

Comments

  1. Masya Allah. Semoga suatu hari saya dan keluarga segera mendapatkan kesempatan berhaji juga. Aamiin…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *