Tingginya Pengangguran Lulusan SMK: Salah Jurusan atau Minimnya Lapangan Kerja?”

Tingginya Pengangguran Lulusan SMK: Salah Jurusan atau Minimnya Lapangan Kerja?”

MAKLUMAT — Tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi dunia pendidikan vokasi di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 mencatat, lulusan SMK menyumbang sekitar 8% dari total pengangguran nasional—angka yang lebih tinggi dibanding lulusan pendidikan lainnya.

Fenomena ini menunjukkan belum optimalnya koneksi antara sistem pendidikan vokasi dan kebutuhan riil dunia kerja. Dalam diskusi publik bertajuk Masa Depan Pendidikan Vokasi yang digelar oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PDM Kota Surabaya, Ahad (25/5/2025), Dosen Fakultas Hukum Universitas Narotama, Dr. Tahegga Alfath, SH., MH., mengungkapkan pentingnya memahami arah pendidikan sejak dini.

“Jika seseorang memang sejak awal ingin langsung bekerja setelah lulus, maka jalur yang tepat adalah pendidikan vokasi, bukan jalur akademik biasa,” tegasnya kepada Maklumat.id.

Namun, menurutnya, masih banyak masyarakat yang keliru dalam memilih jalur pendidikan. Tidak sedikit siswa yang masuk SMA atau universitas tanpa minat terhadap dunia akademik, hanya karena faktor gengsi atau harapan bisa cepat bekerja setelah kuliah.

“Padahal fungsi utama pendidikan akademik adalah membangun kemampuan berpikir kritis, analitis, dan memahami ilmu pengetahuan secara komprehensif,” ujarnya.

Tahegga juga menyoroti bahwa jalur vokasi seringkali dianggap sebelah mata. Sistem pendidikan vokasi di Indonesia belum disiapkan dengan matang, baik dari sisi kurikulum, sarana, maupun sinergi dengan dunia industri. Di sisi lain, masyarakat masih minim pemahaman akan pentingnya jalur ini.

Baca Juga  Kemdiktisaintek Perkuat Kerja Sama dengan Iran di Bidang Sains dan Teknologi

Hal senada disampaikan Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Kota Surabaya, Dikky Syadqomullah, SHI., MHES. Ia menyebut ketidakseimbangan antara jurusan yang tersedia di SMK dan kebutuhan riil lapangan kerja menjadi akar masalahnya.

“Jurusan yang tersedia belum tentu sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Maka pemerintah perlu hadir dan menyesuaikan jurusan SMK dengan kebutuhan industri,” katanya saat ditemui Maklumat.id, Rabu (4/6/2025).

Menurut Dikky, kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat sangat krusial dalam membangun pendidikan vokasi yang berorientasi pada dunia kerja. Ia mencontohkan sinergi Pemerintah Kota Surabaya dengan ormas seperti Muhammadiyah yang terbukti mampu menciptakan ruang kerja bagi lulusan SMK.

“Di Surabaya ini banyak peluang. Kami di Muhammadiyah juga membina dua SMK. Mereka sudah terlibat produksi acara, film, hingga jasa digital printing. Anak-anak kami sudah disewa untuk syuting dan jasa broadcast,” paparnya.

Ia menambahkan, SMK Muhammadiyah 1 dan 2 di Surabaya telah membangun jaringan kerja sama dengan berbagai instansi, agar lulusan tidak sekadar lulus, tetapi juga langsung siap bekerja. Praktik magang dan pengalaman kerja riil menjadi keunggulan yang terus dikembangkan.

“Alhamdulillah, SMK-SMK Muhammadiyah sudah menyiapkan itu semua. Kami terus dorong terciptanya lapangan kerja yang menyerap potensi anak-anak secara maksimal,” pungkas Dikky.

Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *