KETUA Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) Abdul Musawir Yahya berpendapat, praktik politik dengan didasari atas nilai-nilai agama adalah suatu keharusan. Sebaliknya, menggunakan nilai-nilai dan instrumen agama untuk memuluskan siasat politik akan mengakibatkan perpecahan dan kehancuran.
”Berpolitik atas dasar agama adalah keharusan. Tapi berpolitik memanfaatkan agama adalah kehancuran,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (12/9/2023).
Pernyataan Abdul itu bukan tanpa alasan. Dia beranggapan, di dalam momentum tahun-tahun politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 banyak pihak yang mencoba memanfaatkan segala intrumen agama untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya, yang itu berpotensi menimbulkan gesekan dan konflik horizontal.
“Akhir-akhir ini banyak orang memanfaatkan simbol agama untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu,” kata alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.
Namun, lanjut Abdul, justru sangat sedikit yang membawa nilai-nilai agama dalam berpolitik.
Pria asal Makassar, Sulawesi Selatan itu menyayangkan jika ajaran agama yang penuh dengan nilai luhur dan seharusnya menjadi rahmat, hanya dijadikan alat dan kendaraan untuk kepentingan elektoral semata.
Abdul berharap, agar instrumen dan simbol-simbol agama tidak lagi dijadikan alat politik atau untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Tapi, sebaliknya nilai-nilai agama harus menjadi pijakan atau landasan yang kokoh bagi siapapun yang berpolitik. “Sering agama hanya dijadikan alat untuk berkuasa. Di tangan mereka agama gagal menjadi rahmat bagi semua orang,” ujarnya. (*)
Reporter: Ubay
Editor: Aan Hariyanto