Gerakan Sibuk Konsolidasi: Rapuh Substansi dan Kehilangan Relevansi

Gerakan Sibuk Konsolidasi: Rapuh Substansi dan Kehilangan Relevansi

MAKLUMAT — Gerakan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) diminta untuk lebih adaptif terhadap dinamika zaman dan kebutuhan generasi muda, khususnya Generasi (Gen) Z. Hal ini disampaikan oleh Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, drh Zainul Muslimin, kepada Maklumat.ID pada Senin (30/6/2025).

Zainul menilai bahwa anak-anak muda Muhammadiyah yang tergabung dalam IPM, IMM, Pemuda Muhammadiyah, dan Nasyiatul Aisyiyah memiliki potensi luar biasa. Mereka ditopang oleh sumber daya manusia yang militan, jaringan organisasi yang kuat, serta semangat pengabdian dan kepedulian yang tinggi.

Ia menyebut karakter-karakter tersebut diperkuat oleh nilai-nilai yang terinspirasi dari semangat (teologi) Al-Maun. “Pondasi yang dimiliki ini tentu sangat kokoh kuat,” ujarnya. Namun ia menambahkan, “Sekuat-kuatnya pondasi rasanya tetap butuh diperbarui agar tidak mudah keropos.”

Bendahara PWM Jatim, drh Zainul Muslimin. (Foto: Tangkapan layar pwmu)
Bendahara PWM Jatim, drh Zainul Muslimin. (Foto: Tangkapan layar pwmu)

Zainul mengingatkan bahwa banyak organisasi pemuda yang secara struktur terlihat kuat, tetapi rapuh secara substansi. Organisasi seperti itu, menurutnya, hanya sibuk dalam konsolidasi internal dan gagal menjawab kebutuhan zaman, hingga akhirnya ditinggalkan oleh generasinya sendiri.

Ia menyampaikan bahwa pola pikir Gen Z sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tidak terlalu peduli pada struktur institusional, tetapi lebih terhubung dengan nilai, makna, dan kolaborasi. “Gen Z tak lagi percaya dengan institusi, mereka lebih percaya value,” jelasnya.

Menurut Zainul, Gen Z tumbuh bersama teknologi digital dan lebih banyak belajar dari media sosial seperti Instagram dan TikTok, daripada melalui seminar dan workshop formal. Karena itu, ia menekankan pentingnya perubahan pendekatan dalam dakwah dan pembinaan kader.

Baca Juga  Pengamat: Sejumlah Tokoh Jatim Berpotensi Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

“Mereka ingin berkolaborasi, bukan menjadi pengamat atau penonton,” kata Zainul. Ia mengajak seluruh elemen AMM untuk mulai bertanya, bukan lagi soal siapa ketuanya, tetapi apakah organisasi ini relevan dengan dunia mereka.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Zainul mengusulkan agar AMM memiliki gerakan, langkah, dan program-program konkret seperti pusat pelatihan digital, pelatihan AI dan ekonomi digital, serta program kewirausahaan yang mudah dan murah dijalankan. Program literasi keuangan keluarga juga dinilainya penting untuk diberikan kepada anak muda.

“Intinya adalah program-program yang mereka ingin dan kehendaki, dan yang paling penting adalah program-program yang menyentuh hati,” ucapnya. Ia menegaskan bahwa ini bukan sekadar mengikuti tren, tetapi bentuk keseriusan dalam merespons perubahan zaman.

Ia pun mengingatkan AMM dengan analogi sebuah perusahaan besar yang runtuh karena gagal beradaptasi. “AMM bisa, AMM mampu. Tinggal satu: berani atau tidak,” pungkasnya.

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *