BPS Rilis Kondisi Ekonomi Indonesia: Harga Naik hingga Peredaran Uang Menurun

BPS Rilis Kondisi Ekonomi Indonesia: Harga Naik hingga Peredaran Uang Menurun

MAKLUMAT — Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan kondisi ekonomi Indonesia bertajuk Indikator Ekonomi April 2025 pada Selasa (1/7/2025). Laporan ini menyajikan berbagai indikator penting untuk membaca kondisi perekonomian nasional, mulai dari pergerakan harga barang kebutuhan, penanaman modal, hingga jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Sejumlah indikator menunjukkan adanya tekanan terhadap daya beli masyarakat, meskipun di sisi lain aktivitas ekonomi seperti investasi dan konsumsi tetap berjalan.

Inflasi April 2025 Capai 1,17 Persen

Pada April 2025, inflasi bulanan tercatat sebesar 1,17 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding inflasi bulanan pada April 2024 yang hanya 0,25 persen. Artinya, terjadi kenaikan harga yang lebih besar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang naik 6,60 persen. Selain itu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya naik 2,46 persen. Harga makanan dan minuman di restoran juga ikut naik 0,19 persen.

Kelompok lainnya yang turut mengalami inflasi adalah rekreasi, kesehatan, perlengkapan rumah tangga, makanan dan minuman, serta pendidikan. Di sisi lain, beberapa kelompok mengalami deflasi, yaitu kelompok informasi dan komunikasi (turun 0,42 persen), pakaian dan alas kaki (turun 0,04 persen), serta transportasi (turun 0,01 persen).

Daya Beli Petani Relatif Terjaga

Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) digunakan untuk melihat daya beli petani dengan membandingkan harga yang diterima petani dengan harga yang harus mereka bayarkan. Semakin tinggi NTP, semakin besar kemampuan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup dari hasil produksinya.

Baca Juga  BHS Sarankan UMKM Bersinergi Agar Modal Cukup untuk Ikut MBG

Pada April 2025, dari 38 provinsi yang disurvei, sebanyak 33 provinsi mencatatkan NTP di atas angka 100. Angka tersebut menunjukkan bahwa pendapatan petani di sebagian besar wilayah masih lebih tinggi dibanding pengeluarannya. Provinsi Bengkulu mencatatkan NTP tertinggi sebesar 192,96. Sementara itu, Papua Barat Daya menjadi yang terendah dengan NTP sebesar 97,96.

Investasi Masih Mengalir

Pada triwulan IV tahun 2024, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tercatat sebesar Rp 206,99 triliun dari total 238.182 proyek. Investasi terbesar diserap oleh sektor transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi (15,70 persen), diikuti oleh sektor kehutanan (15,57 persen), serta sektor perumahan kawasan industri, dan perkantoran (9,67 persen).

Untuk Penanaman Modal Asing (PMA), total realisasi mencapai 16,39 miliar dolar Amerika Serikat dengan jumlah proyek sebanyak 74.391. Sektor industri logam dasar menjadi penerima terbesar (20,57 persen), disusul industri kertas dan percetakan (12,98 persen), serta sektor pertambangan (8,11 persen).

Uang Beredar Menurun Dibanding Bulan Lalu

Jumlah uang yang beredar pada April 2025 mencapai Rp 2.803,94 triliun. Jika dibandingkan Maret 2025, terjadi penurunan sebesar 1,36 persen. Penurunan ini terutama berasal dari turunnya jumlah uang kartal (uang tunai) yang turun 5,85 persen. Sementara uang giral (simpanan masyarakat di bank) justru meningkat 1,42 persen.

Namun jika dibandingkan dengan April 2024, jumlah uang beredar justru mengalami kenaikan sebesar 6,88 persen. Kenaikan ini terdiri atas uang kartal yang naik 8,69 persen dan uang giral yang naik 5,87 persen. Artinya, secara tahunan, aktivitas ekonomi masyarakat Indonesia melalui transaksi keuangan tetap meningkat, meskipun secara bulanan ada perlambatan.

Baca Juga  Gencatan Senjata Masih Buntu, Israel Serang Gaza, 11 Tewas
*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *