Matthew Effect: Membuka Jalan Masa Depan Melalui Literasi

Matthew Effect: Membuka Jalan Masa Depan Melalui Literasi

MAKLUMAT – Anak-anak yang mengalami matthew effect berpotensi memiliki masa depan yang lebih baik. Education Coordinator Inovasi Jawa Timur-Australia-Indonesia Partnership, Anhar Putra Iswanto, M.Si., menegaskan hal ini dalam kuliah tamu yang digelar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 1 Juli lalu.

Matthew Effect adalah istilah yang menggambarkan keunggulan berulang: anak yang sejak dini mampu membaca cenderung membaca lebih banyak, sehingga keterampilan membacanya terus berkembang. “Mereka yang mengalami matthew effect biasanya memiliki peluang masa depan yang lebih baik,” jelas Anhar.

Namun, kondisi literasi Indonesia masih memprihatinkan. Data Programme for International Student Assessment (PISA) menempatkan Indonesia di peringkat 63, jauh tertinggal dari Singapura, Malaysia, dan Thailand. “Ini kondisi yang menyedihkan,” tambahnya.

Salah Kaprah Pendidikan

Selama ini, literasi di Indonesia seringkali terhimpit pada kegiatan membaca. Padahal, literasi yang sesungguhnya mencakup kemampuan memahami, merefleksi, menggunakan, hingga berinteraksi dengan teks untuk mengembangkan potensi diri dan berkontribusi dalam masyarakat.

Anhar juga menyoroti pemahaman numerasi yang masih keliru. Di banyak sekolah, numerasi masih sebatas berhitung. Padahal, menurut definisi Kementerian Pendidikan, numerasi adalah kemampuan menggunakan matematika dalam menjelaskan fenomena, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan sehari-hari.

Tantangan dalam membangun literasi, menurut Anhar, bukan soal keterbatasan sarana dan prasarana. Rendahnya keterlibatan guru dan kepala sekolah, serta minimnya budaya membaca juga menjadi penghalang.

Baca Juga  Dubes RI untuk Mesir di Wisuda UMM: Ilmu adalah Obor Peradaban

Usung Konsep Growth Mindset

“Guru berkualitas, terutama yang memiliki kemampuan storytelling yang baik, menjadi kunci penting untuk membangun semangat literasi,” tegasnya.

Di akhir pemaparan, Anhar memperkenalkan konsep growth mindset dari Carol Dweck, psikolog asal Amerika Serikat. Menurutnya, keberhasilan belajar bukan semata karena kecerdasan, melainkan oleh pola pikir yang terus berkembang.

Sementara itu, Kaprodi PGSD UMM, Bustanol Arifin, M.Pd., berharap materi kuliah tamu ini mampu membuka wawasan mahasiswa dalam menyusun strategi literasi di kelas.

“Calon guru harus menanamkan kecintaan membaca dan menulis sejak dini. Mereka bukan sekadar pendidik, tapi pelita yang menyalakan semangat literasi di hati setiap anak,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *