MAKLUMAT – Kepanikan melanda wilayah pesisir barat daya Alaska, negara bagian Amerika Serikat, Rabu (16/7) siang waktu setempat, usai gempa bumi berkekuatan 7,3 magnitudo mengguncang wilayah tersebut. Gempa yang terjadi sekitar 54 mil (87 kilometer) di selatan Sand Point itu memicu peringatan tsunami dari Badan Cuaca Nasional AS (NWS).
Sirene tanda bahaya meraung-raung. Stasiun radio menghentikan siaran reguler untuk menyampaikan pengumuman darurat. Warga di beberapa kota terpencil seperti Sand Point, Cold Bay, Kodiak, dan wilayah sekitar Pulau Popof diminta segera mengungsi ke dataran lebih tinggi atau menjauhi garis pantai.
“Peringatan tsunami telah dikeluarkan untuk Semenanjung Alaska, dari Kennedy Entrance hingga Unimak Pass,” kata pernyataan resmi NWS seperti dilansir Metro via MSN.
Pusat Peringatan Tsunami Nasional (NTWC) menyebut gelombang besar dikhawatirkan tiba sewaktu-waktu. Beberapa menit setelah gempa utama, sejumlah gempa susulan juga tercatat mengguncang kawasan yang sama.
Video dari warga yang diunggah ke media sosial, seperti Snapchat, memperlihatkan fenomena air laut yang tiba-tiba surut—salah satu indikasi awal datangnya tsunami.
Namun, setelah beberapa jam kondisi dipantau, NTWC akhirnya menurunkan status peringatan tsunami menjadi peringatan waspada. Meski begitu, otoritas tetap mengimbau warga agar berhati-hati terhadap potensi arus kuat yang bisa membahayakan perenang, perahu, maupun struktur di tepi pantai.
“Genangan air yang meluas memang tidak diharapkan. Tapi arus kuat masih mungkin terjadi selama beberapa jam ke depan,” ujar NTWC dalam pernyataannya.
Gempa Bumi Alaska ini adalah pengingat betapa rentannya wilayah tersebut terhadap aktivitas seismik. Alaska memang termasuk dalam kawasan “Cincin Api Pasifik” yang aktif secara geologis.
Belum ada laporan kerusakan serius atau korban jiwa hingga berita ini diturunkan. Namun pihak berwenang masih terus memantau situasi dan meminta warga tetap waspada.