MAKLUMAT — Dunia kebhikkhuan di Thailand tengah diguncang skandal besar yang melibatkan seorang wanita cantik dan sejumlah biksu senior. Seorang perempuan bernama Wilawan Emsawat (30-an tahun), ditangkap polisi setelah diduga merayu dan memeras sejumlah biksu Buddha di Thailand.
Penangkapan dilakukan di kediaman Wilawan di Provinsi Nonthaburi, utara Bangkok. Polisi pada Rabu (16/7/2025) menyebut, Wilawan telah dijerat berbagai pasal, mulai dari pemerasan, pencucian uang, hingga menerima barang curian.
“Ia sengaja mendekati para biksu senior dan menjalin hubungan intim. Beberapa biksu mentransfer uang dalam jumlah besar kepadanya,” ujar Wakil Komisaris Biro Investigasi Pusat (CIB), Jaroonkiat Pankaew, dikutip dari The Guardian, Kamis (17/7/2025).
Skandal ini terbongkar setelah seorang kepala biara dari wihara terkenal di Bangkok tiba-tiba mengundurkan diri. Setelah ditelusuri, ternyata ia menjadi korban pemerasan Wilawan yang mengklaim sedang hamil dan menuntut 7,2 juta baht (sekitar Rp3,5 miliar).
Lebih mengejutkan, penyelidikan juga menemukan aliran dana dari seorang biksu di Thailand utara ke rekening Wilawan. Tak tanggung-tanggung, total uang yang masuk ke rekening Wilawan dalam tiga tahun terakhir mencapai 385 juta baht atau sekitar Rp127 miliar. Sebagian besar uang itu diduga berasal dari situs judi online.
Dari hasil penggeledahan ponsel Wilawan, polisi menemukan puluhan ribu foto dan video, termasuk rekaman obrolan yang menguatkan dugaan hubungan intim dengan sejumlah biksu. Materi ini diyakini digunakan untuk menekan para korban.
“Perempuan ini sangat berbahaya. Kami harus bertindak cepat,” tegas Jaroonkiat.
Akibat skandal ini, setidaknya sembilan biksu berpangkat tinggi telah dicopot dan dikeluarkan dari kebhikkhuan karena melanggar janji selibat yang menjadi prinsip mazhab Theravada. Dalam ajaran ini, biksu dilarang memiliki kontak fisik dengan perempuan, apalagi menjalin hubungan seksual.
Dana Wihara
Skandal ini juga membuka tabir besarnya aliran dana ke wihara. Dana-dana sumbangan seringkali dikendalikan oleh kepala biara tanpa pengawasan ketat, sangat bertolak belakang dengan gaya hidup sederhana yang seharusnya dijalani para biksu.
Menanggapi kemarahan publik, Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, memerintahkan evaluasi menyeluruh atas regulasi keuangan wihara. “Kami akan menyelidiki para biksu di seluruh negeri,” kata Jaroonkiat.
Sebagai bentuk transparansi, CIB kini membuka kanal pengaduan publik melalui Facebook. Warga diminta melaporkan jika menemukan pelanggaran yang dilakukan biksu.
Pihak berwenang berharap kasus ini menjadi titik balik bagi reformasi dalam pengelolaan keuangan wihara serta moralitas para biksu yang selama ini dianggap tak tersentuh.***