Audit Rutin TTL, Jalan Panjang Layanan Terminal yang Lebih Andal

Audit Rutin TTL, Jalan Panjang Layanan Terminal yang Lebih Andal

MAKLUMAT – Di Pelabuhan Teluk Lamong, Surabaya, mesin tak pernah berhenti. Di tengah lalu lintas peti kemas dan pelayaran, PT Terminal Teluk Lamong (TTL) secara rutin melakukan proses yang tak kalah penting dari bongkar muat barang: audit.

Setiap semester, TTL menggelar Integrated System Management Audit—atau audit sistem manajemen terintegrasi—sebagai bagian dari upaya menjaga kualitas layanan dan keselamatan.

Pada Semester I tahun 2025, proses ini berjalan selama dua pekan di bulan ketujuh. Sasarannya adalah seluruh divisi termasuk Terminal Petikemas Nilam (TPK Nilam), dan rampung sesuai jadwal.

Audit ini tak sekadar ritual administratif. TTL menyusunnya sebagai upaya strategis. Ada enam standar manajemen internasional yang digunakan secara terintegrasi. Mulai dari ISO 9001:2015 tentang mutu, ISO 14001:2015 soal lingkungan, hingga ISPS Code yang mengatur keamanan pelabuhan. Semuanya menyatu dalam satu kerangka audit yang menyeluruh.

Seluruh proses dilakukan secara digital lewat platform e-Lamps—mulai dari permintaan audit, pencatatan temuan, hingga tindak lanjut. Dengan sistem ini, seluruh proses berlangsung transparan dan mudah melakukan pelacakan, tanpa harus bergantung pada dokumen kertas yang rentan tercecer.

Rekomendasi Standar Layanan dan SDM

Senior Manager Sistem Manajemen dan HSSE TTL, Anang Januriandoko, menegaskan audit ini adalah momen penting untuk merenung sekaligus memperbaiki. “Audit bukan sekadar evaluasi, tetapi juga momentum untuk menggali potensi perbaikan di setiap lini,” katanya. Ia memastikan seluruh temuan harus ada tindak lanjut tepat waktu lewat sistem monitoring digital yang sudah terintegrasi.

Baca Juga  Pelindo Blak-blakan Soal Pertumbuhan Ekspor di Jawa Tengah

Hasilnya bukan hanya catatan. TTL memperoleh sejumlah rekomendasi perbaikan yang langsung diterapkan. Prosedur memperbarui operasional, memaksimalkan aplikasi MARCO untuk memperkuat layanan pelanggan, sementara aplikasi P-RKM untuk memantau capaian kerja manajemen.

Di sisi lain, manajemen memperketat pengawasan terhadap Surat Izin Kerja (SIK) guna menekan risiko kecelakaan. Satu lagi menerapkan manajemen kelelahan kerja agar para pekerja tetap fit dan produktif.

Audit internal semacam ini, bagi TTL, bukan beban. Ia justru menjadi mesin kecil yang mendorong perubahan besar. Di tengah dunia logistik yang makin cepat dan kompetitif, TTL percaya hanya budaya kerja yang taat pada standar dan terbuka terhadap perbaikan yang bisa membuat mereka bertahan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *