Viral! Balita Sukabumi Meninggal Dunia dengan Kondisi Tubuh Dipenuhi Cacing

Viral! Balita Sukabumi Meninggal Dunia dengan Kondisi Tubuh Dipenuhi Cacing

MAKLUMAT – Duka mendalam menyelimuti keluarga kecil di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Raya, balita berusia tiga tahun, meninggal dunia dengan kondisi tubuh dipenuhi cacing. Tragedi ini viral setelah video dari relawan Rumah Teduh memperlihatkan kondisi mengenaskan bocah itu saat dirawat di rumah sakit.

Sebelum meninggal, Raya sempat dibawa ke dokter. Saat itu, ia didiagnosis menderita TBC. Namun, kondisinya memburuk dalam waktu singkat. “Hari Jumat masih main sama anak-anak, Sabtu dibawa berobat, kata dokter TBC. Minggu dibawa lagi katanya sakit paru-paru. Nggak ada yang bilang cacingan,” tutur Sarah (25), bibi korban kepada Detik Jabar dikutip Rabu  (20/8/2025).

Namun kenyataan jauh lebih mengejutkan. Setelah meninggal, keluarga baru mengetahui tubuh Raya dipenuhi cacing. “Baru tahu pas sudah meninggal. Begitu sampai rumah langsung keluar banyak cacing,” ucap Sarah terisak.

Sehari-hari, Raya tumbuh dalam keluarga sederhana dengan keterbatasan ekonomi. Ia sering bermain di tanah tanpa alas kaki, kebiasaan yang berisiko tinggi terhadap infeksi cacing. Kondisi ini diperburuk dengan tidak adanya BPJS serta minimnya akses kesehatan.

Sang ibu, Endah (30), yang disebut mengalami gangguan mental, mengaku jarang membawa anaknya ke fasilitas kesehatan. “Kalau pilek dimandiin air hangat, pakai daun singkong. Belum pernah dibawa ke puskesmas,” katanya lirih.

Cacing Keluar dari Hidung dan Mulut

Relawan Rumah Teduh yang mendampingi Raya di IGD menyaksikan cacing keluar dari hidung, mulut, hingga anus bocah tersebut. “Saya kira itu alat rumah sakit. Ternyata cacing. Panjangnya sekitar 15 sentimeter,” kata Edah (40), kerabat korban. Hasil pemeriksaan rumah sakit menemukan cacing dalam jumlah banyak di tubuh Raya. Menurut keterangan keluarga, ada yang beratnya mencapai 1 kilogram.

Baca Juga  80 Tahun Merdeka: DPR Dapat Tunjangan Mewah, Balita Mati Cacingan

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyoroti lambannya pelayanan pemerintah usai kasus balita bernama Raya di Sukabumi meninggal akibat cacingan akut.

Dedi mengingatkan agar pemerintah, mulai dari provinsi hingga RT/RW, tidak kalah cepat dibanding relawan dalam menangani persoalan masyarakat. “Jangan sampai struktur pemerintah yang begitu banyak ini kalah gesit dan kalah layanannya oleh lembaga sosial yang tidak bergaji dan tidak punya anggaran negara,” tegas Dedi.

Dedi juga mengapresiasi langkah relawan Rumah Teduh yang turun tangan membantu keluarga Raya. “Pemprov Jawa Barat berterima kasih kepada Rumah Teduh yang terus berbuat untuk kepentingan sosial,” ujarnya.

Meski begitu, Dedi mengakui pelayanan pemerintah belum optimal dan meminta maaf. “Saya mohon maaf, layanan pemerintah belum mencerminkan nilai kemanusiaan yang sejati,” kata Dedi Mulyadi kepada Kompas.com.

Fakta Cacingan di Indonesia

Kasus tragis Raya mengingatkan publik bahwa penyakit cacingan masih menjadi ancaman serius bagi anak-anak Indonesia. Seperti dilansir laman Direktorat Kesehatan Lanjutan Kemkes, World Health Organization (WHO) mencatat, lebih dari 1,5 miliar orang di dunia (24% populasi) terinfeksi cacingan pada 2016.

Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan tahun 2015 menunjukkan prevalensi cacingan pada anak usia 1-12 tahun masih tinggi, berkisar 30%–90%. Di Surabaya saja, prevalensi mencapai 36%. Meski tergolong rendah (<50%), pemerintah tetap menerapkan program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) minimal sekali setahun.

Baca Juga  Cagub Risma Siapkan 10 Pemuda Situbondo untuk Jadi Pengusaha

Penelitian di Surabaya menemukan, anak-anak yang tinggal di sekitar tempat pembuangan sampah, pasar, atau pemakaman umum memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi cacingan, terutama jika lingkungan tidak memiliki akses air bersih dan sanitasi memadai.

Gejala Cacingan pada Anak

Sebagian besar kasus cacingan memang tidak menimbulkan gejala berat. Namun ada beberapa tanda khas yang bisa dikenali:

  1. Gatal di sekitar anus, terutama malam hari.

  2. Tidur gelisah karena sering menggaruk.

  3. Mudah marah dan rewel.

  4. Iritasi atau kemerahan di sekitar anus.

  5. Sering sakit perut dan nafsu makan menurun.

  6. Berat badan susah naik atau justru turun.

Jenis cacing tertentu bahkan terlihat langsung saat anak buang air besar, berbentuk potongan kecil seperti benang putih berukuran 2–13 mm.

Faktor Risiko dan Pencegahan

Beberapa kebiasaan yang meningkatkan risiko cacingan pada anak, antara lain:

  • Tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.

  • Bermain di tanah tanpa alas kaki.

  • Menggigit kuku.

  • Tidak menjaga kebersihan makanan.

Untuk mencegah, orang tua disarankan menanamkan perilaku hidup bersih pada anak sejak dini, seperti:

  • Membiasakan cuci tangan dengan sabun.

  • Memakai alas kaki saat keluar rumah.

  • Memotong kuku secara rutin.

  • Mencuci pakaian dengan air panas lalu menjemurnya di bawah terik matahari.

  • Menjaga kebersihan makanan dan minuman.

  • Memberikan obat cacing secara rutin sesuai anjuran dokter.

Kasus Raya menegaskan betapa pentingnya peran orang tua dalam menjaga kesehatan anak. Tanpa pengetahuan memadai soal penyakit cacingan, anak berisiko tinggi mengalami infeksi serius. Penerapan pola hidup bersih dan sehat, ditambah pemberian obat cacing secara rutin, adalah langkah sederhana namun sangat efektif untuk memutus rantai penularan penyakit ini.***

Baca Juga  KPK Akui Sudah Menerima Laporan Dugaan Gratifikasi Bobby Nasution dan Kaesang
*) Penulis: Edi Aufklarung

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *