Kurangi Impor BBM, Indonesia akan Bangun Kilang Minyak Modular AS dan Domestik

Kurangi Impor BBM, Indonesia akan Bangun Kilang Minyak Modular AS dan Domestik

 

MAKLUMAT — Indonesia berencana membangun jaringan kilang minyak modular berukuran kecil untuk mengolah minyak mentah asal Amerika Serikat (AS) dan domestik. Langkah ini bertujuan mengurangi impor bahan bakar knyak (BBM) yang terus membengkak.

Kilang modular atau prefabrikasi diyakini bisa dibangun lebih cepat dan murah dibanding kilang tradisional. Pemerintah menargetkan fasilitas ini mampu memperkuat pasokan dalam negeri sekaligus memenuhi komitmen pembelian energi dari AS.

CEO Danantara, Rosan Roeslani, menegaskan pihaknya sedang menyiapkan investasi untuk kilang yang sesuai dengan karakteristik minyak mentah AS. “Kami akan mengimpor minyak mentah ke Indonesia, sehingga dibutuhkan kilang yang mampu mengolah crude oil AS. Saat ini detail rencana masih dibahas,” ujarnya seperti dikutip Reuters, Selasa (19/8).

Wakil Menteri Energi, Yuliot Tanjung, menyebutkan pemerintah sudah melakukan studi awal terkait infrastruktur modular dan fasilitas penyimpanan minyak di beberapa lokasi, seperti Natuna, Surabaya, Halmahera Utara, dan Fakfak.

Rencana ini muncul setelah Indonesia menandatangani kesepakatan dengan Washington untuk membeli produk energi AS senilai 15 miliar dolar. Sebagai tindak lanjut, dana investasi negara Danantara dikabarkan menyiapkan kontrak 8 miliar dolar dengan perusahaan teknik AS KBR Inc untuk membangun 17 kilang modular.

Meski menawarkan solusi cepat, analis menilai kilang modular tidak sejalan dengan tren global yang mengarah pada pembangunan kilang besar dengan skala ekonomi lebih efisien.

Baca Juga  Anggota Komisi X DPR RI Sebut Budaya Indonesia Banyak Tak Terurus, Harap LHKP Ikut Berperan

Indonesia sendiri memiliki rekam jejak sulit dalam memperluas kapasitas kilang. Pertamina, misalnya, masih mengupayakan realisasi proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) senilai 48 miliar dolar AS, untuk meningkatkan kapasitas enam kilang dan membangun kompleks petrokimia besar. Namun, sejumlah proyek terhambat, termasuk kilang Tuban bersama Rosneft yang tertunda akibat sanksi terhadap Rusia.

Data resmi menunjukkan impor minyak dan gas Indonesia pada 2024 mencapai 36,28 miliar dolar AS dengan kilang Pertamina hanya mampu memenuhi sekitar 60% kebutuhan bahan bakar nasional.

 

*) Penulis: Rista Giordano

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *