Analis Energi: Kilang Modular Indonesia Berisiko Tidak Ekonomis

Analis Energi: Kilang Modular Indonesia Berisiko Tidak Ekonomis

 

MAKLUMAT — Rencana Indonesia membangun 17 kilang minyak modular asal Amerika Serikat (AS) dan domestik, menuai sorotan tajam dari sejumlah analis energi. Mereka menilai proyek senilai miliaran dolar ini berpotensi membebani keuangan negara karena tidak sesuai dengan tren global dan skala kebutuhan Indonesia.

” Langkah tersebut terlalu ambisius. Membangun 17 kilang modular di saat proyek RDMP Pertamina saja masih berjalan jelas menjadi tantangan besar. Ada risiko proyek tumpang tindih dan tidak efisien,” kata Wakil Presiden Senior Rystad Energy, Pankaj Srivastava dikutip Reuters, Selasa (19/8).

Pendapat serupa disampaikan  Direktur Surrey Clean Energy, Adi Imsirovic. Menurutnya, kapasitas kilang modular yang hanya sekitar 50.000–150.000 barel per hari membuat biaya operasional tidak sebanding dengan manfaat. “Kilang kecil tidak punya skala ekonomi. Pada akhirnya, biaya per barel bisa lebih tinggi,” ujar Adi.

Analis senior Sparta Commodities, June Goh juga mengkritisi risiko ketergantungan Indonesia terhadap harga minyak mentah AS jenis West Texas Intermediate (WTI). “Kalau kilang modular hanya bisa memproses crude oil AS, maka Indonesia akan sangat bergantung pada harga impor minyak AS. Itu berbahaya bagi ketahanan energi jangka panjang,” tegas June Goh.

Secara global, industri energi justru bergerak ke arah pembangunan kilang raksasa yang lebih efisien dan terintegrasi dengan kompleks petrokimia. Dengan kapasitas besar, kilang-kilang tersebut mampu memanfaatkan skala ekonomi untuk menekan biaya produksi.

Baca Juga  Terkait Kasus Harun Masiku, KPK Turut Melarang Eks Menkumham Yasonna Laoly ke Luar Negeri

Indonesia sendiri memiliki rekam jejak panjang kesulitan memperluas kapasitas kilang. Proyek RDMP Pertamina yang bernilai 48 miliar dolar AS berjalan lambat. Sementara kerja sama internasional, seperti dengan Rosneft di Tuban, terhambat sanksi geopolitik.

Data resmi menunjukkan, impor migas Indonesia tembus 36,28 miliar AS pada 2024, dengan enam kilang Pertamina hanya mampu memenuhi sekitar 60% kebutuhan domestik.Para analis sepakat, kilang modular mungkin bisa jadi solusi cepat, tetapi bukan jawaban jangka panjang.

 

*) Penulis: Rista Giordano

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *