Sinergi UPN Veteran Jatim dan ITB-AD Lamongan Hadirkan Inovasi Produksi Garam untuk Pesisir Blitar

Sinergi UPN Veteran Jatim dan ITB-AD Lamongan Hadirkan Inovasi Produksi Garam untuk Pesisir Blitar

MAKLUMAT — Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur bersama Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Lamongan, menjalin kolaborasi strategis dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Fajar Samudra, dalam program “Sinergi Agromaritim untuk Pengembangan Produksi Garam Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir.”

Program tersebut dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk mendorong peningkatan nilai tambah garam rakyat di Kabupaten Blitar Selatan. Selama ini, nilai jual garam rakyat di daerah itu masih rendah, sebab juga masih didominasi oleh garam krosok dengan harga yang fluktuatif.

Melalui teknologi ramah lingkungan, diversifikasi produk, serta penguatan kapasitas masyarakat pesisir, kolaborasi tersebut diharapkan menjadi tonggak baru peningkatan ekonomi lokal.

Ketua tim dari UPN Veteran Jatim, Dr Wiwik Handayani, menegaskan pentingnya sinergi kampus dan masyarakat pesisir.

“Produksi garam rakyat memiliki potensi besar, tetapi nilainya masih rendah. Dengan kolaborasi ini, kami menghadirkan inovasi yang bukan hanya meningkatkan kualitas garam, melainkan juga memperluas pasar dan memperkuat kesejahteraan masyarakat pesisir,” ujarnya, dalam keterangan yang diterima Maklumat.id, Jumat (22/8/2025).

Anggota tim dari UPN Veteran Jatim, Firra Rosariawari MT, menambahkan bahwa pendekatan ramah lingkungan menjadi fondasi utama. “Kami mengedepankan teknologi produksi yang bersih dan sesuai dengan kondisi lokal. Prinsip ramah lingkungan menjadi landasan agar inovasi garam ini benar-benar berkelanjutan.” sebutnya.

Pada sisi pemberdayaan, Roudlotul Badi’ah MM dari ITB-AD Lamongan, menekankan bahwa masyarakat harus menjadi pelaku utama. Ia menandaskan bahwa program tersebut bukan sebatas pelatihan, melainkan upaya untuk membangun kesadaran bahwa garam adalah komoditas strategis.

Baca Juga  Kanker Paru-paru Jadi Silent Killer, Banyak Gejala Masih Terabaikan

“Kami tidak sekadar memberi pelatihan, tetapi membangun kesadaran bahwa garam adalah komoditas strategis. Kolaborasi ini memperkuat kapasitas masyarakat agar lebih mandiri dan mampu bersaing di pasar,” tandasnya.

Tak hanya itu, para mahasiswa dari kedua kampus juga berperan aktif dalam program tersebut. Ihya Nidarul, dari Prodi Manajemen UPN Veteran Jatim, menyebut program itu juga berfokus pada literasi keuangan dan pemasaran digital, sehingga produk garam dari Blitar Selatan dapat dipasarkan lebih luas, bahkan mampu menembus pasar regional.

Mohammad Bintang Wibowo dari Prodi Teknik Lingkungan UPN Veteran Jatim juga menandaskan bahwa melalui program tersebut, timnya berupaya untuk mendorong inovasi olahan turunan garam dengan teknik sederhana, agar masyarakat dapat segera memanfaatkannya sebagai peluang usaha baru.

Sementara Rio Damara dari Prodi Agroteknologi UPN Veteran Jatim, menyebut bahwa pesisir selatan Blitar memiliki banyak potensi besar selain garam, seperti rumput laut. “Integrasi keduanya akan melahirkan ekosistem usaha agromaritim yang berkelanjutan,” katanya.

Di sisi lain, masyarakat setempat menyambut positif kolaborasi program tersebut. Ketua KUB Fajar Samudra, Sukani, membenarkan bahwa selama ini mereka hanya memproduksi garam krosok, dengan harga yang fluktuatif.

“Selama ini kami hanya memproduksi garam krosok dengan harga fluktuatif. Melalui pelatihan ini, kami belajar membuat garam inovatif seperti white salt, blue salt, dan yellow salt. Harapan kami, produk ini bisa dipasarkan lebih luas dan meningkatkan pendapatan anggota,” terangnya.

Baca Juga  Buka AJM, Dadang Kahmad Sebut Jurnalisme dan Dakwah Punya Kesamaan Erat

Dengan pendampingan intensif, kata dia, anggota KUB Fajar Samudra kini mampu memproduksi garam inovatif sesuai standar teknis. Hasil ini membuka peluang baru pemasaran, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun sektor perikanan.

Kolaborasi antara UPN Veteran Jawa Timur, ITB-AD Lamongan, dan KUB Fajar Samudra, diharapkan menjadi model triple helix yang melibatkan perguruan tinggi, masyarakat, dan pemerintah daerah untuk memperkuat daya saing ekonomi pesisir Indonesia.

*) Penulis: Dadang / Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *