Campak, Ancaman Nyata bagi Generasi Emas 2045

Campak, Ancaman Nyata bagi Generasi Emas 2045

MAKLUMAT — Indonesia kembali menghadapi tantangan serius dalam kesehatan anak-anak. Kasus campak terus meningkat, bahkan sudah menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Meskipun vaksin campak (MR/MMR) tersedia dan terbukti efektif, rendahnya cakupan imunisasi menjadi faktor utama meningkatnya penularan penyakit ini.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, cakupan imunisasi rutin lengkap turun dari 92 persen pada 2018 menjadi 87,8 persen pada 2023. Dampaknya, jumlah kasus campak melonjak: lebih dari 10.600 kasus pada 2023, menurun sementara pada 2024, tetapi kembali meningkat pada 2025 dengan 3.144 kasus positif tersebar di 42 kabupaten/kota di 14 provinsi. Sumenep menjadi episentrum KLB dengan 2.139 kasus suspek dan 205 kasus terkonfirmasi, sebagian besar pada balita dan anak usia sekolah dasar.

Campak bukan sekadar penyakit ringan. Profesor Anggraini Alam, pakar penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, mengingatkan komplikasi serius yang mungkin muncul: pneumonia, diare berat, radang otak, hingga SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis), penyakit saraf fatal yang muncul bertahun-tahun kemudian. Tingkat penularan campak jauh lebih tinggi dibanding Covid-19: satu anak dapat menularkan hingga 18 anak lain.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep telah merespons cepat dengan pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI), pengiriman vaksin massal, serta pengawasan dan pendampingan tenaga epidemiologi lapangan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan percepatan imunisasi bagi sekitar 80 ribu anak di Sumenep, dengan dukungan penuh aparat desa dan fasilitas kesehatan.

Baca Juga  Menjaga Keanekaragaman Hayati Lewat Riset dan Kolaborasi

Ancaman campak ini bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga berkaitan dengan masa depan bangsa. Generasi Emas 2045, yang saat ini berada di usia anak-anak dan remaja, adalah modal utama Indonesia untuk memanfaatkan bonus demografi. Anak-anak yang sakit, stunting, atau tidak mendapatkan imunisasi lengkap berisiko menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Artikle ini ingin menegaskan satu hal: imunisasi bukan sekadar pilihan medis, tetapi kewajiban moral dan investasi nasional. Pemerintah, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan harus bersinergi.

Orang tua perlu memastikan anaknya mendapat vaksin lengkap, sementara pemerintah wajib menjamin distribusi vaksin merata dan informasi yang akurat untuk mengatasi hoaks dan penolakan.

Campak adalah peringatan. Lindungi anak-anak hari ini, maka Generasi Emas 2045 akan terjaga kualitasnya, dan bonus demografi akan menjadi peluang, bukan beban.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *