MAKLUMAT – Namanya sudah akrab di dunia pendidikan tinggi, khususnya di kawasan timur Indonesia. Irwan Akib, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, resmi menjadi anggota Dewan Pendidikan Tinggi periode 2025-2029. Penunjukan ini tercatat dalam Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI Nomor 207/M/KEP/2025.
Bagi Irwan, posisi ini bukan sekadar gelar, tapi amanah besar. “Saya ingin memperjuangkan aspirasi kawasan timur Indonesia agar mendapat perhatian setara dalam pengembangan pendidikan tinggi, termasuk menjadi representasi perguruan tinggi swasta,” kata Irwan Akib dikutip dari Suara Muhammadiyah, Kamis (28/8/2025).
Jejak akademiknya panjang dan mentereng. Sebelumnya, ia pernah memimpin Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar selama lebih dari satu dekade, membuka Fakultas Kedokteran, hingga membuat Unismuh sempat menjadi PTS dengan jumlah mahasiswa terbanyak, sekitar 35 ribu orang. Tak hanya itu, Irwan juga Guru Besar Pendidikan Matematika, yang membuatnya dikenal tak hanya sebagai pemimpin, tapi juga akademisi.
Kini, dengan perannya di Dewan Pendidikan Tinggi, Irwan berharap bisa menjadi penghubung perguruan tinggi swasta di luar Jawa. Baginya, memahami tantangan pemerataan mutu pendidikan tinggi adalah kunci agar kualitas pendidikan merata di seluruh Nusantara.
Dalam sebuah diskusi publik bertajuk “Guru Sejahtera Indonesia Cerah” yang digelar TVMU, Sabtu (23/8), Irwan juga menyinggung tiga faktor penting untuk memajukan pendidikan Indonesia. Pertama, dukungan dan komitmen pemerintah.
Peran Guru
Ia mengapresiasi langkah Presiden Prabowo Subianto yang dinilai serius memperkuat pembangunan sumber daya manusia. Kedua, fasilitas pembelajaran yang lengkap dan representatif. “Sebaik apa pun kurikulum kita, jika tidak ditunjang fasilitas yang memadai, maka akan kurang efektif,” ujarnya.
Faktor ketiga, menurut Irwan, adalah guru. “Guru menjadi hal yang sangat penting, menjadi ujung tombak dalam proses pendidikan,” katanya. Guru, lanjutnya, bukan hanya butuh peningkatan kapasitas, tetapi juga kesejahteraan yang memadai. “Kita berharap ketika guru berada di depan kelas, mereka tidak lagi memikirkan dapurnya,” tambahnya.
Menurut Irwan, beban ekonomi yang menumpuk akan membuat konsentrasi guru pecah. Padahal, guru punya peran vital sebagai penjaga masa depan bangsa melalui transfer ilmu.
Selain kesibukannya di ranah pendidikan, Irwan juga aktif sebagai Dewan Redaksi Suara Muhammadiyah, membuktikan bahwa dunia akademik, advokasi kebijakan, dan pengabdian masyarakat bisa berjalan beriringan dalam hidupnya.***
Comments