Medali Emas Aswa dan Gerakan 10.000 USG Payudara Gratis

Medali Emas Aswa dan Gerakan 10.000 USG Payudara Gratis

MAKLUMAT — Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (FK UMS)  ini tak hanya meneliti kanker dan hipertensi, tapi juga mengabdi di desa hingga akhirnya menyabet medali emas di Thailand. Sejak 2022, Aswa Arsa Kumala aktif di Center for Indonesian Medical Students’ Activities (CIMSA) Surakarta. Organisasi ini menjadi wadah mahasiswa kedokteran se-Indonesia yang punya cabang di berbagai daerah.

Kisah itu dimulai pada Oktober 2024 lalu. Mahasiswi FK UMS itu memimpin aksi sosial bersama CIMSA untuk menyambut bulan kesadaran kanker payudara. Mereka mengusung tema Harnessing Outreach for Prevention and Education. Kegiatan perdana berlangsung di car free day Jalan Slamet Riyadi, Solo. Aswa dan kawan-kawan membagikan edukasi kanker payudara kepada masyarakat.

Tidak berhenti di situ, CIMSA menggandeng Lovepink Indonesia, organisasi nirlaba yang mengampanyekan deteksi dini kanker payudara. Dari kolaborasi itu, mereka menggelar pemeriksaan ultrasonografi (USG) payudara gratis di sejumlah wilayah Solo Raya.

“Lovepink punya program Gerakan 10.000 USG Payudara Gratis. Harapannya, Indonesia bebas kanker payudara stadium lanjut pada 2030. CIMSA ikut menyalurkan kuotanya,” ujar Aswa dilansir laman UMS, Senin (1/9/2025).

Aswa mengaku kegiatan ini sangat berarti. Mereka menargetkan 50 peserta di beberapa desa. Dari hasil pemeriksaan, beberapa warga terdeteksi mengalami gejala kanker payudara. Namun, ia menolak menyebutkan jumlah pasti demi menjaga kerahasiaan pasien.

Baca Juga  Profil Para Wakil Rektor Unismuh Makassar yang Baru Saja Dilantik

Kepedulian Aswa pada isu kanker berakar dari pengalaman pribadi. Bude yang sangat ia sayangi meninggal akibat leukemia. “Waktu itu aku nangis banget, karena aku sayang banget sama budeku,” kenangnya.

Pengalaman pahit itu mendorong Aswa menekuni riset kanker. Ia lalu mengajukan proposal penelitian ke Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Salah satunya bertajuk HeLa-targeting Apoptotic Nanolance: Nanopartikel Propolis Tetragonula laeviceps sebagai Agen Kemoterapi Targetif pada Sel HeLa. Riset ini lolos seleksi PKM tingkat internal UMS pada Januari 2025.

Perempuan kelahiran Sragen 21 tahun lalu itu menyimpan mimpi besar: memberdayakan perempuan lewat profesi dokter. Ia menargetkan spesialis obstetrik dan ginekologi. “Aku pengin sebisa mungkin merangkul perempuan-perempuan yang ada,” katanya.

Mengabdi ke Desa, Menyusuri Pantai

Semangat pengabdian sudah tumbuh Aswa mulai tumbuh ketika  masuk Tim Bantuan Medis (TBM) Gyrus. Bersama tim, ia rutin menggelar donor darah, penyuluhan, hingga cek kesehatan gratis di desa-desa Solo Raya.

Salah satu pengalaman paling berkesan hadir saat bakti sosial nasional di Palangka Raya. Di sana, Aswa bukan hanya memeriksa kesehatan warga, ia bahkan mendapat kesempatan melakukan sunat pada anak-anak di bawah pengawasan dokter. “Kami dikasih kesempatan secara langsung untuk menyunat,” ujarnya.

Selain itu, ia rajin memberi penyuluhan pertolongan pertama seperti balut bidai dan resusitasi jantung paru. Menurutnya, dua keterampilan itu wajib dipahami masyarakat. “Di Indonesia masih minim orang yang bisa melakukan pertolongan pertama,” jelasnya.

Baca Juga  Tiara Adinda Sari: Dari Panggung Fashion ke Arena Politik

Aswa juga produktif di ranah akademis. Di bawah bimbingan Dr. dr. Yusuf Alam Romadhon, ia meneliti hipertensi dalam dua proyek berbeda. Riset pertama berjudul The Differences in Blood Pressure, Anthropometric and Laboratory Measurement in Various Types of Work: An Observational Study in Rural Communities. Ia mempresentasikannya di International Conference on Cardiovascular Disease 2024.

Riset kedua berjudul Age, Coastal Proximity, and Salt Consumption: Multifactorial Analysis of Hypertension Risk in a Central Javanese Population. Ia meneliti masyarakat pesisir utara Jawa Tengah. Hasilnya cukup mengejutkan. “Orang yang tinggal dekat pantai justru cenderung lebih rendah risiko hipertensinya,” ujarnya.

Aswa menduga aktivitas fisik masyarakat pesisir menjadi salah satu faktor. Ia juga menemukan teori lain: pemandangan laut bisa mengurangi stres. Temuan ini ia presentasikan dalam International Conference on Medical Breakthrough 2024 dan terbit di Proceeding International Summit on Science Technology and Humanity.

Menang Medali Emas di Thailand

Awal 2025, Aswa melangkah lebih jauh. Ia bergabung dengan tim MedLink Smart bersama mahasiswa Teknik Mesin UMS, Muhammad Adityo Rivalta. Aswa mengurusi aspek medis aplikasi digital tersebut.

Timnya terbang ke Bangkok untuk mengikuti International Intellectual Property, Invention, Innovation and Technology Exposition (IPITEx) and Thailand Inventor’s Day. Hasilnya manis. Mereka pulang dengan medali emas.

Prestasi itu membuat Aswa masuk nominasi lima kandidat mahasiswa berprestasi Fakultas Kedokteran UMS. Dari seleksi internal, ia keluar sebagai juara pertama. Ia lalu melaju ke tingkat universitas dan meraih juara harapan pertama Pemilihan Mahasiswa Berprestasi UMS 2025.

Baca Juga  Kiprah Agung Budi Margono, Anak Penjual Sayur di Pasar Tradisional yang Berhasil Sandang Gelar Doktor

Bagi Aswa, semua capaian ini bukan sekadar medali atau penghargaan. Ia ingin setiap langkahnya bermakna untuk orang lain. “Aku ingin jadi dokter yang benar-benar hadir buat masyarakat,” katanya.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *