Bukan Sekadar Cacingan, Sepsis Jadi Penyebab Balita Sukabumi Meninggal

Bukan Sekadar Cacingan, Sepsis Jadi Penyebab Balita Sukabumi Meninggal

MAKLUMAT – Kabar meninggalnya Raya (4), balita asal Sukabumi, Jawa Barat, sempat menghebohkan masyarakat. Pasalnya, tubuh mungilnya disebut dipenuhi cacing. Namun, pihak RSUD Syamsudin, Kota Sukabumi, menegaskan penyebab utama kematian Raya adalah sepsis atau infeksi berat yang dipicu malnutrisi, stunting, dan meningitis tuberkulosis.

“Bukan cacingan. Dalam kasus Raya, yang membuat ia tidak tertolong adalah sepsis, infeksi berat yang sudah mengenai berbagai organ tubuh,” jelas dr. Iin Novita Nurhidayati Mahmuda, Sp.PD., Ketua Program Studi Profesi Dokter Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rabu (3/9/2025).

Lingkungan dan Gizi Jadi Masalah Utama

Cacingan sendiri memang penyakit yang umum di Indonesia, terutama di kawasan padat penduduk dan minim sanitasi. Namun, menurut dr. Iin, cacingan biasanya mudah diatasi bila anak cukup gizi dan segera mendapat obat. “Kalau gizinya baik, cacingan relatif tidak berbahaya. Masalah muncul kalau anak sudah malnutrisi dan punya infeksi lain,” terangnya.

Dalam kasus Raya, faktor sosial-ekonomi ikut memperburuk kondisi. Ibunya diketahui mengalami gangguan jiwa, sementara ayahnya menderita TBC. Kondisi keluarga yang serba terbatas membuat asupan gizi anak tidak tercukupi. Akibatnya, Raya mengalami stunting. “Pertumbuhan terhambat itu tanda sudah lama kekurangan nutrisi. Daya tahan tubuhnya jadi lemah, sehingga rentan kena infeksi,” tambahnya.

Apa Itu Sepsis?

Sepsis disebut juga “silent killer” karena kerap terlambat disadari. Kondisi ini muncul ketika infeksi memicu peradangan sistemik yang merusak organ vital. Gejalanya antara lain demam tinggi, napas cepat, penurunan kesadaran, tekanan darah rendah, hingga produksi urin sangat sedikit. “Pada orang sehat, tubuh bisa melawan infeksi. Tapi pada anak dengan gizi buruk, imunitasnya tidak sanggup. Infeksi berkembang tanpa terkendali,” jelas dr. Iin. Dalam kasus Raya, keterlambatan akses layanan kesehatan menjadi faktor penentu. Anak ini dibawa ke rumah sakit sudah dalam kondisi tidak sadar, setelah sebelumnya sempat bolak-balik berobat tanpa hasil jelas.

Baca Juga  WHO: Chikungunya Menyebar ke Seluruh Dunia, Brasil Tertinggi dengan 185.553 Kasus

Pentingnya Obat Cacing Massal

Kasus Raya kembali menyoroti tingginya angka cacingan pada anak Indonesia. Penyakit ini termasuk Neglected Tropical Diseases (NTDs) dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. “Pemerintah sudah punya program obat cacing massal di sekolah-sekolah. Obat ini aman, murah, dan seharusnya rutin diberikan setiap enam bulan,” tutur dr. Iin.

Jika tidak ditangani, cacingan dapat memperburuk gizi buruk, membuat anak lemah, sulit konsentrasi, hingga pertumbuhan terhambat. Dalam kasus parah, cacing bahkan bisa menyumbat usus dan memicu komplikasi infeksi.

Pencegahan Harus Menyeluruh

Menurut dr. Iin, pencegahan sepsis dan cacingan hanya bisa dilakukan dengan pendekatan komprehensif. Mulai dari pemenuhan gizi seimbang, perbaikan sanitasi, hingga akses kesehatan yang lebih mudah. “Begitu ada tanda bahaya, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Jangan menunggu parah,” tegasnya. Selain itu, masyarakat juga perlu peduli dengan lingkungan sekitar. Bila ada tetangga atau anak yang butuh bantuan, segera laporkan agar tidak terlambat mendapatkan pertolongan. Kasus Raya seharusnya menjadi alarm keras bagi semua pihak: bahwa urusan gizi, sanitasi, dan akses kesehatan bukan sekadar persoalan keluarga, tapi juga tanggung jawab bersama.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *