Hari-Hari Berat Nadia Berbuah Manis, Hafal 30 Juz dan Raih Beasiswa Hafidz UMY

Hari-Hari Berat Nadia Berbuah Manis, Hafal 30 Juz dan Raih Beasiswa Hafidz UMY

MAKLUMAT – Ketekunan Nadia Misky Maulia (18) akhirnya terbayar lunas. Mahasiswi asal Pati, Jawa Tengah, itu resmi tercatat sebagai mahasiswa baru Program Studi Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) setelah meraih Beasiswa Hafidz. Perjuangannya menghafal 30 juz Al-Qur’an sejak madrasah aliyah menjadi tiket emas menuju kampus impian.

Misky, begitu ia akrab disapa, mengaku jalan menuju beasiswa tidak selalu mulus. Ia pernah gagal meraih jalur kedokteran di UMS, jalur prestasi, hingga tes mandiri di beberapa kampus. Bahkan pada gelombang pertama seleksi Beasiswa Hafidz UMY, namanya belum lolos.

“Waktu itu saya sudah sempat pasrah, karena semua teman sudah mau ospek. Tapi Alhamdulillah, di gelombang kedua nama saya muncul. Orang tua sampai menangis bahagia,” cerita Misky seperti dilansir laman UMY, Selasa (9/9/2025).

Tumbuh di Lingkungan Pesantren

Latar belakang keluarga pesantren membuat Misky akrab dengan Al-Qur’an sejak kecil. Ia mulai mondok sejak madrasah tsanawiyah, lalu melanjutkan pendidikan di MAN 2 Kudus dengan masuk kelas tahfidz. Tiga tahun penuh ia jalani dengan target berat: hafal 30 juz.

“Tantangan terberat itu manajemen waktu. Saya aktif organisasi, ikut lomba, juga jadi pengurus pesantren. Tapi target harus selesai tiga tahun,” jelasnya.

Sejak kecil, Misky terbiasa mengikuti lomba tartil dan tilawah. Ia semakin mantap mengejar hafalan setelah melihat para hafidz tampil di televisi dalam program Hafidz Indonesia.

Baca Juga  Hana Catur Wahyuni, Dosen Perempuan yang Jadi Guru Besar Kedua Umsida

“Dari kecil sering ikut lomba, jadi sudah terbiasa. Tapi saya makin kagum sama para hafidz di TV. Itu yang bikin mantap ingin hafal Qur’an,” katanya.

Rutinitas Menjaga Hafalan

Misky memiliki cara khusus menjaga hafalannya. Ia rutin setoran setelah Magrib dan Subuh di pondok. Sebelum tidur, ia selalu murajaah agar hafalannya tetap melekat.

“Kalau ada waktu senggang, saya pasti murajaah. Supaya hafalan tidak hilang,” ujarnya.

Seleksi Beasiswa Hafidz UMY berlangsung ketat. Peserta harus melewati seleksi administrasi, tes Al-Islam Kemuhammadiyahan, Tes Kemampuan Akademik (TKA), serta ujian sambung ayat secara daring melalui Zoom.

“Paling deg-degan saat sambung ayat sama penguji. Tapi Alhamdulillah bisa lancar,” kenang Misky.

Amanah untuk UMY

Bagi Misky, beasiswa ini bukan hanya hadiah, melainkan amanah besar. Orang tuanya selalu berpesan agar ia membalas kebaikan UMY dengan prestasi.

“Karena UMY sudah memberi yang terbaik buat saya, saya juga harus memberi yang terbaik untuk UMY. Itu pesan orang tua yang selalu saya pegang,” tegasnya.

Ke depan, Misky bertekad istiqamah menjaga hafalan, aktif berorganisasi, dan lulus tepat waktu. Ia juga ingin tetap mengajar mengaji anak-anak di sekitarnya.

“Harapan saya bisa membawa nama baik kampus, ikut lomba, dan menjaga hafalan sampai kapan pun,” pungkasnya.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *