MAKLUMAT – Senyum ramah, panggilan “mas” atau “mbak”, hingga kebiasaan menundukkan kepala saat bertegur sapa. Hal-hal sederhana itu yang justru membuat Razafindrambinina Marie Anna merasa Indonesia begitu istimewa.
Mahasiswi asal Madagaskar ini memilih menempuh studi di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), kampus yang belakangan dikenal sebagai rumah bagi ribuan mahasiswa internasional. Bagi Anna, UMM bukan sekadar tempat belajar, melainkan ruang di mana ia menemukan rasa diterima.
Keputusannya berawal dari cerita sang paman yang pernah tinggal di Indonesia. Rekomendasi itu diperkuat dengan testimoni teman-temannya tentang reputasi akademik UMM.
“Mereka bilang UMM punya banyak mahasiswa internasional, fasilitasnya bagus, dan peringkatnya juga baik. Lalu saya mendapat tawaran beasiswa penuh summit. Itu membuat saya mantap memilih UMM dan mengambil di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP),” tutur Anna.
Pesmaba dan Kesan Pertama dengan Indonesia
Pengalaman pertama Anna ketika menginjakkan kaki di Malang adalah mengikuti Pesmaba—Pengenalan Studi Mahasiswa Baru. Kegiatan tahunan itu mempertemukannya dengan puluhan teman baru dalam kelompok.
“Kesan pertama saya saat Pesmaba sangat senang, karena bisa bertemu banyak teman baru. Di antara semua, flash mob dan konser di UMM yang paling berkesan,” ujarnya.
Tak berhenti di sana, ia juga mengikuti P2KK, sebuah rangkaian pengenalan budaya dan kehidupan kampus. Selama seminggu tinggal di asrama, Anna belajar arti kebersamaan di tengah keberagaman. Musik tradisional, pementasan seni, hingga lukisan menjadi jendela pertama yang membawanya mengenal Indonesia lebih dekat.
Sopan Santun yang Membekas
Ada satu hal yang menurut Anna tak bisa ia temukan di tempat lain: sopan santun orang Indonesia. “Orang Indonesia sangat menghargai orang lain. Ada panggilan khusus seperti mas, mbak, pak, atau bu. Saat menyapa, mereka sedikit membungkuk dan selalu tersenyum. Itu hal yang sangat bagus menurut saya,” katanya.
Kesan itu pula yang membuat Anna cepat beradaptasi, baik dengan mahasiswa lokal maupun internasional. Lingkungan kampus yang luas, hijau, dan modern semakin menguatkan perasaan bahwa ia berada di tempat yang tepat.
Mengejar Mimpi di Malang
Meski jauh dari keluarga, Anna menjaga semangatnya. Ia tahu bahwa perjalanan di Universitas Muhammadiyah Malang adalah langkah penting untuk menggapai cita-cita.
“Harapan saya, bisa beradaptasi dengan baik, belajar sungguh-sungguh, dan kelak menjadi guru yang bukan hanya mengajar, tetapi juga membimbing dengan hati,” ucapnya.
Bagi Anna, Malang bukan sekadar kota perantauan. Dari Madagaskar ke Indonesia, ia menemukan rumah baru. UMM bukan hanya institusi pendidikan, melainkan jembatan bagi mahasiswa internasional untuk menjemput mimpi—kisah tentang keberanian, persahabatan, dan keyakinan bahwa pendidikan mampu melampaui batas negara.