Seperti Apa Rasanya Jadi Mahasiswa UAH? Ini Bocorannya

Seperti Apa Rasanya Jadi Mahasiswa UAH? Ini Bocorannya

MAKLUMAT – Jarum jam baru menunjuk 06.45 WIB. Satu per satu mahasiswa sudah masuk ke ruang kelas. Tak ada yang berani terlambat. Sebab, tepat pukul 07.00, pintu akan ditutup rapat. Siapa pun yang datang satu menit lewat dari itu, silakan menunggu di luar. Begitulah aturan ketat yang berlaku di kelas Ustaz Adi Hidayat.

UAH – begitu mahasiswa menyebut sang dosen – dikenal disiplin sekaligus perfeksionis. Laptop dan ponsel tak boleh disentuh selama kuliah. Semua catatan wajib ditulis tangan. Bahkan tugas pun harus dikumpulkan dalam bentuk tulisan tangan, bukan hasil ketikan.

“Setiap pekan ada tugas baca. Total ada delapan buku tebal, semuanya berbahasa Inggris. Satu pekan satu buku. Bukan sekadar dibaca, tapi harus dikuasai,” tulis akun Facebook  Syarif Husni II, yang ditag pada akun Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Rabu (24/9/2025). Postingan ini juga dilengkapi foto dan tayangan video seorang mahasiswa menjawab tugas yang diberikan UAH.

Yang membuat mahasiswa semakin tertekan sekaligus kagum: UAH hafal betul isi buku. Beliau tahu persis poin mana yang ada di bab berapa dan halaman berapa. Nama mahasiswa pun sudah beliau ingat sejak pertama kali masuk.

Beri Uang Rp2 Juta

Untuk memudahkan mahasiswanya, UAH bahkan memberikan Rp2 juta kepada setiap orang di kelasnya khusus membeli buku referensi. “Beliau selalu menekankan pentingnya membaca. Semua harus dikuasai,” lanjut Syarif.

Baca Juga  Pengambilan PIN untuk SPMB SMA/SMK di Jatim Dibuka Hari Ini, Segera Siapkan Dokumennya!

Soal penampilan, UAH selalu datang lebih awal dari mahasiswanya. Jas, kemeja putih, dasi rapi, senyum ramah, tapi tetap berwibawa. Ketika membahas topik Language and Power karya Norman Fairclough, UAH menelaah tiga buku asli sang ahli Analisis Wacana Kritis. Semua dibeli langsung dari Amazon, dengan harga per buku bisa menembus lebih dari sejuta rupiah.

Selama tiga jam kuliah (07.00–10.20), mahasiswa mengaku tidak merasa bosan. Cerita-cerita tentang perjalanan intelektual Fairclough hingga bagaimana analisis wacana kritis berkembang membuat kelas terasa hidup. “Kalau membaca karya seseorang, pelajari juga latar belakang penulisnya,” pesan UAH.

Sebelum kelas berakhir, mahasiswa sudah harus siap dengan tugas baru. Deadline pengumpulan: H-1 sebelum pertemuan berikutnya. Tak ada ampun.

Rasanya jadi mahasiswa UAH? Campuran antara tegang, kagum, sekaligus bangga. Tegang karena aturan super disiplin, kagum pada penguasaan materi sang dosen, dan bangga bisa belajar langsung dari sosok yang sangat menghargai ilmu.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *