NanoChito, Terobosan Ramah Lingkungan untuk Budidaya Udang Vaname

NanoChito, Terobosan Ramah Lingkungan untuk Budidaya Udang Vaname

MAKLUMAT – Budi daya udang vaname merupakan salah satu sektor perikanan paling menjanjikan di Indonesia. Namun, aktivitas ini tidak bisa lepas dari masalah klasik: limbah tambak.

Umumnya limbah udang vaname mengandung senyawa berbahaya seperti nitrat, nitrit, dan amonia. Bagi lingkungan, metabolit toksik ini menjadi ancaman serius karena dapat merusak ekosistem perairan.

Melihat persoalan tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mencoba mencari jalan keluar. Mereka berjumlah lima orang, dipimpin oleh Muhammad Khoirul Anam dari jurusan akuakultur.

Inovasi yang lahir dari tangan mereka bernama NanoChito: Green-absorbance Nanokomposit Chitosan/MgO/AC Berbasis Shrimp Shell dan Coconut Carbon.

Menarikna, bahan utama justru berasal dari limbah. Misalnya chitosan yang berasal dari cangkang udang dan magnesium oksida (MgO) berfungsi memperkuat struktur.

Begitu juga dengan karbon aktif dari tempurung kelapa bekerja seperti spons super yang menyerap zat toksik. Kombinasi ini menghasilkan nanokomposit yang mampu menyerap senyawa berbahaya dari air tambak dengan lebih efektif ketimbang metode konvensional.

Unsur Kimia Atasi Limbah

Khoirul Anam menjelaskan bahwa kebanyakan pengelolaan limbah masih mengandalkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Operasional ini hanya bisa mengendapkan partikel, sementara residu berbahaya tetap tersisa.

“Orang-orang biasanya hanya mengandalkan IPAL untuk mengendapkan limbah, padahal air itu masih menyisakan residu,” ujarnya.

NanoChito bekerja lewat mekanisme adsorpsi. Saat serbuk diaplikasikan ke air, senyawa toksik seperti nitrat (NO3−), nitrit (NO2−), dan amonia (NH3) akan terikat kuat pada pori-pori nanokomposit.

Baca Juga  Pendaftaran TKA 2025 Kemendikdasmen Resmi Dibuka: Jadwal, Cara Daftar, dan Link Resmi

Chitosan menyediakan gugus pengikat, karbon aktif menawarkan luas permukaan, dan MgO meningkatkan kapasitas serapan. Hasilnya, air tambak lebih bersih tanpa meninggalkan racun yang mencemari lingkungan.

Dosen pembimbing riset, Soni Andriawan, S.Pi., M.P., M.Sc., menekankan pentingnya pendampingan agar ide mahasiswa bisa berkembang menjadi produk yang siap pakai. Bagi tim, keterlibatan dosen bukan hanya soal teknis riset, melainkan juga dorongan agar inovasi ini bisa melampaui laboratorium.

Inovasi Berdaya Saing

Keunggulan NanoChito terletak pada pendekatannya yang ramah lingkungan: memanfaatkan limbah menjadi bahan fungsional sekaligus menyelesaikan persoalan limbah tambak. Inovasi ini berhasil lolos dalam ajang PKM Riset-Eksakta dan membuka peluang untuk dikembangkan lebih jauh.

Tim berharap, masyarakat mengadopsi produk ini khususnya para pembudidaya udang yang kerap menghadapi persoalan limbah. “Harapannya NanoChito bisa menjadi solusi berkelanjutan yang aman dan efektif,” kata Anam.

Di tengah ambisi Indonesia memperkuat posisi sebagai eksportir udang, inovasi seperti NanoChito memberi harapan baru. Bahwa keberlanjutan dan profitabilitas bisa berjalan bersama—asal ada keberanian untuk mencari cara yang lebih ramah lingkungan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *