Wakil Wali Kota Malang, Ali Muthohirin Ajak Netizen Tidak Memperkeruh Konflik Yai Mim versus Sahara

Wakil Wali Kota Malang, Ali Muthohirin Ajak Netizen Tidak Memperkeruh Konflik Yai Mim versus Sahara

MAKLUMAT – Wakil Wali Kota Malang, Ali Muthohirin mengajak netizen tidak memperkeruh perseteruan antara Yai Mim versus Ibu Sahara. Caranya dengan tidak membuat konten-konten yang memprovokasi antara kedua belah pihak hingga masalah ini tuntas.

Ali menegaskan bahwa pemerintah kota telah menempuh langkah mediasi untuk meredam ketegangan antara Yai Mim dan Sahara. Ia menekankan penyelesaian terbaik dilakukan melalui dialog terbuka dan dari hati ke hati. “Insya Allah, jika persoalan ini diselesaikan secara tulus dan akar masalahnya terurai, tidak ada pihak yang dirugikan, maka konflik akan selesai,” kata Ali Muthohirin dihubungi Maklumat.ID, Selasa (30/9/2025).

Ali menambahkan, Pemkot Malang berencana mengajak kedua belah pihak duduk bersama dalam suasana kekeluargaan. “Kami mengajak semua masyarakat Kota Malang untuk menjaga persaudaraan. Tetangga adalah keniscayaan, dan menjaga hubungan baik antarwarga adalah hal utama,” tegasnya.

Selain itu, Ali menghimbau warganet agar tidak mudah memviralkan informasi yang belum jelas kebenarannya. “Mari kita budayakan klarifikasi atau tabayyun setiap menerima informasi maupun menyaksikan sebuah peristiwa,” ujarnya.

Langkah mediasi ini diharapkan tidak hanya meredakan ketegangan, tetapi juga memperkuat persaudaraan antarwarga di Kota Malang. Sayangnya, Yai Mim secara terbuka menolak mentah-mentah upaya mediasi yang ditawarkan Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat. Ia justru memilih melanjutkan “perang terbuka” hingga ada pihak yang menang dan kalah secara jelas.

Baca Juga  Ali Muthohirin Dukung Pengembangan UMKM Malang Raya melalui Kolaborasi Strategis

“Tidak ada mediasi lagi Pak Wali. Biarkan kami perang,” ujar Yai Mim dalam sebuah video yang diunggah di TikTok, Selasa (30/9). Ia meminta Wali Kota cukup menjadi penonton yang baik. Menurutnya, pihak yang menang harus mendapat apresiasi, sementara yang kalah menjadi pembelajaran.

Sikap keras Yai Mim ini ia dasari oleh keyakinan bahwa tarik-ulur mediasi hanya akan memperpanjang ketegangan. Ia bahkan menyatakan siap menghadapi konsekuensi hukum jika terbukti bersalah dalam perseteruan yang bermula dari sengketa parkiran ini.

“Kalau saya salah, harus siap masuk penjara. Tapi kalau benar, kemenangan harus diakui,” tegasnya.

Lebih jauh, Yai Mim mengkhawatirkan potensi gesekan yang lebih besar jika salah satu pihak mundur dari konflik. Menurutnya, para pendukung bisa berbalik menyerang jika ia atau Sahara menarik diri dari perseteruan. “Kalau saya mundur, bisa terjadi perang saudara dengan pendukung saya,” ungkapnya.***

*) Penulis: Aan Hariyanto

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *